Sempat Merugi, BUMI kembali Cetak Laba

Fetry Wuryasti
24/2/2017 07:57
Sempat Merugi, BUMI kembali Cetak Laba
(Presdir PT. Bumi Resourses Tbk. Ari S. Hudaya memberi keterangan pers. -- ANTARA FOTO/Andika Wahyu)

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatat laba bersih tahun buku 2016 sebesar US$100,6 juta (sekitar Rp1,33 triliun) setelah mencatatkan rugi pada 2015 hingga mencapai US$2 miliar (Rp26,6 triliun).
Presiden Direktur Ari Saptari Hudaya mengatakan kinerja positif itu didukung dari beberapa strategi yang sudah diterapkan perseroan, salah satunya dengan menekan biaya beban produksi.

“Jadi, itu salah satu kuncinya, mengapa kinerja BUMI bisa positif pada 2016,” ujarnya di Jakarta, kemarin.
Tercatat pendapatan sepanjang 2016 turun 42% menjadi US$23,4 juta, dari pendapatan 2015 yang US$40,5 juta. Turunnya pendapatan disebabkan harga batu bara yang melemah beberapa tahun terakhir. Namun, ada porsi penghasilan lain sebesar US$67,1 juta.

Biaya operasional BUMI pada tahun lalu tercatat US$37,6 juta. Penghasilan sebelum kena pajak BUMI sebesar US$52,9 juta. Kemudian ditambah dengan keuntungan beban penghasilan pajak sebesar US$86 juta.

Ia mengemukakan bahwa perseroan menekan biaya produksi terutama pada porsi biaya bahan bakar terhadap biaya kas produksi perusahaan. Dalam laporan keuangan BUMI tercatat biaya bahan bakar di 2016 hanya US$3,8 per ton batu bara, turun 19% ketimbang biaya di 2015 yang sebesar US$5,6 per ton batu bara.

“Kita memang tidak bisa kontrol harga, tapi kita bisa menekan penggunaannya. Kita juga sudah bangun power-plant dalam rangka efisiensi. Efisiensi untuk menekan cost akan kami lakukan terus.”

Di tengah penurunan harga batu bara saat ini, Ari Saptari Hudaya mengatakan pihaknya tetap melayani permintaan konsumen. Hal itu dilakukan untuk menjaga kepercayaan sebagai perusahaan tambang di Tanah Air.

“Banyak perusahaan yang tidak konsisten mengirim batu bara ke klien, tapi kami tetap komitmen melayani pelanggan,” kata Ari.

Ia juga mengatakan pi­haknya akan terus mendo­rong anak per­usahaan, PT Bumi Resource­s Minerals Tbk (BRMS), untuk mengembangkan aset-aset yang dimiliki. Saat ini konsesi tambang yang dimiliki BRMS ialah Gorontalo Minerals (Gold & Copper Mi­ning), Citra Palu Minerals (Gold Mining), Dairi Prima Minerals (Zinc, Lead), dan Bumi Japan.

“Kalau yang Bumi Japan sudah 100%, sedangkan lainnya masih proses menunggu izin pemerintah untuk produksi. Kita berharap izinnya keluar tahun ini, jadi bisa langsung dikembangkan. Kita sudah siapkan semuanya baik software maupun hardware,” katanya.

Harga batu bara
Direktur Hubungan Antar investor sekaligus Chief Economist BUMI Achmad Reza Widjaja menambahkan kinerja positif BUMI juga didukung dengan harga rata-rata batu bara per Januari 2017 sebesar US$56,7 per ton, atau naik sekitar 30% dari harga rata-rata tahun lalu.

“Penurunan jelas (terjadi), average selling price (batubara) BUMI dari US$81,5 per ton di 2012, menjadi rata-rata US US$42,1 per ton di 2016. Namun, forecast dari tim marketing kami ada kenaikan harga batu bara di Januari 2017 menjadi US$56,7 per ton. Kami perkirakan harga batu bara akan stabil di level tersebut tahun ini,” ungkapnya. (Ant/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya