Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
BAGI dunia bisnis, tantangan dan peluang sering datang bersamaan. Para pemenang bisnis umumnya mereka yang dengan cepat mengatasi guncangan dan keluar dari krisis. Rektor Universitas Katolik Atma Jaya A Prasetyantoko mengatakan momentum krisis finansial global lalu telah mempercepat revolusi industri yang menggabungkan aspek fisik, digital, dan biologi.
Munculnya purwarupa mobil tanpa sopir, otomatisasi robotik, serta berbagai implementasi internet of things di dunia bisnis justru intens di tengah gejolak yang makin menjadi keseharian.
"Esensi dunia bisnis ialah terus-menerus berinovasi di tengah risiko dan turbulensi yang menguat. Karena itu, pertama-tama dunia bisnis harus memiliki kompetensi memahami, mengelola, dan memitigasi risiko yang akan makin intensif di masa depan," ujarnya dalam kuliah umum yang disampaikan peraih Nobel Ekonomi 2003 Robert Fry Engle III, di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, kemarin (Rabu, 22/2).
Dalam kuliahnya, Engle memang membicarakan prospek stabilitas finansial. Menurut ekonom itu, stabilitas keuangan ialah hal yang ingin dicapai dan dipertahankan semua negara. Sementara itu, keajekan yang sekarang terjadi belum tentu akan berlangsung selamanya. "Bak danau tenang yang sewaktu-waktu surut atau meluap, kondisi keuangan pun sama. Tidak ada yang bisa menjamin," ujarnya.
Menurut Engle, stabilitas bukanlah kondisi tidak ada risiko. Justru, semakin besar potensi atau benefit yang ingin dicapai, biasanya risiko semakin besar. Karena itu, penting bagi setiap pemerintahan untuk membuat regulasi yang mumpuni dalam meredam risiko. "Regulasi harus didesain tepat untuk mengurangi risiko sistemik," paparnya.
Ia mengingatkan faktor global umumnya menjadi salah satu pemantik risiko stabilitas. Engle mengatakan belakangan risiko sisi global menguat pascaterpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
Saat ini dunia harus menunggu apakah AS akan benar-benar menerapkan kebijakan yang dilontarkan Trump saat kampanye. "Apakah Trump akan menutup pintu untuk imigran, bagaimana negosiasi pakta perdagangan? Mungkin akan ada perlawanan untuk kebijakan itu," ujar Engle.
Di sisi lain, investor pasar saham disebutnya cukup antusias dengan agenda Trump, antara lain melonggarkan regulasi perbankan yang ditetapkan ketika Wall Street mengalami krisis nyaris sedekade lalu.
Dalam kesempatan itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengamini perubahan politik di AS menciptakan risiko bagi stabilitas keuangan negara-negara dunia karena dinamika politik itu lebih sukar diperkirakan ketimbang penaikan suku bunga The Fed atau harga minyak dunia.(Pra/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved