Presiden Minta Pangkas Rantai Distribusi Pangan

Rudy Polycarpus
21/2/2017 19:29
Presiden Minta Pangkas Rantai Distribusi Pangan
(MI/PANCA SYURKANI)

MATA rantai yang panjang pada jalur distribusi barang kebutuhan pokok mengakibatkan harga sulit dikendalikan. Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Perdagangan mengurai persoalan ini agar harga di tingkat masyarakat tidak menjulang tinggi. hal itu disampaikan Jokowi dalam Pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2017 di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/2).

"Mata rantai distribusi kita banyak yang tidak benar. Ini betulkan. Banyak yang tidak benar di sisi ini. Di harga petani misalnya, Rp5.000, di harga jual bisa Rp15 ribu," ujarnya.

Persoalan rantai distribusi yang tidak efisien ini sudah coba dibenahi dalam dua tahun terakhir. Akan tetapi Jokowi melihat belum banyak hasil yang diperoleh. Ia meminta Kemendag mengidentifikasi dan memutus rantai distribusi pangan yang terlalu panjang.

"Kemendag harus mengerti, siapa pemain pada jalur distribusi. Mata rantainya berapa rantai. Satu ya oke, dua ya oke. Kalau sudah mulai 4 atau 5, 6, 7, biayanya habis di sini. Yang membayar nanti siapa, ya rakyat," tegas Kepala Negara.

Menurut Jokowi, ketersediaan stok bahan pangan yang mencukupi kebutuhan masyarakat amat menentukan stabilitas harga di pasar. Oleh karena itu, kata presiden, informasi aktual mengenai ketersediaan stok amat krusial.

Ia meminta Kemendag memantau harga dengan langsung terjun ke lapagan. Presiden menginginkan informasi terkait harga kebutuhan pokok disampaikan kepada masyarakat.

"Dulu kita ingat, setiap malam ada harga cabai di Pasar Kliwon, Pasar Legi, Pasar Gede. Kenapa itu tidak setiap sore kita tampilkan di televisi, radio, media sosial. Biar arus informasi itu diketahui. Petani tahu harga cabai dan beras di Cipinang," ujarnya.

Ia juga meminta Kemendag beralih menuju dunia digital dengan mengembangkan aplikasi yang dapat memantau harga bahan pangan hingga ke daerah-daerah.

"Aplikasi harus bisa menginformasikan dari pasar-pasar yang ada di daerah sampai ke pusat. Segera bangun sistem itu sehingga stok itu selalu kita lihat. Kalau ada gejolak, satu atau dua bulan sebelumnya bisa kita prediksi dan antisipasi," ujarnya.

Jokowi meminta jajaran Kemendag berhati-soal kuota impor bahan pokok. Pasalnya, sudah banyak pejabat negara yang tersangkut kasus hukum karena izin kuota impor.

"Hal-hal yang berkaitan dengan kuota, ini hati-hati. Di sini banyak yang masuk sel karena ini. Hati-hati," pesan Presiden..

Potensi ekspor di pasar-pasar internasional yang sebelumnya tak tersentuh kembali disinggung oleh Presiden. Negara pun disebutnya harus mampu terlebih dahulu menjajaki pasar-pasar tersebut.

Jokowi juga meminta Kemendag untuk bisa melakukan penetrasi di pasar baru. Ia meminta Indonesia tidak hanya terpaku pada pasar lama, seperti Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan Eropa. Masih banyak pasar lainnya, seperti negara-negara di Afrika, Timur Tengah, dan India.

"Coba lihat Afrika. Ini pasar yang sangat besar sekali. Jangan biarkan swasta, pelaku usaha, menerobos sendiri," ucap Jokowi.

Potensi yang ada di negara-negara Afrika misalnya, berdasarkan data yang ada mencapai 550 miliar dolar AS. Sementara Indonesia sendiri saat ini baru membukukan nilai ekspor sebesar 4,2 miliar dolar AS.

"Timur Tengah peluangnya juga besar sekali, 975 miliar dolar AS, kita baru masuk 5,2 miliar dolar AS. Ajak UKM-UKM kita yang telah memiliki kualitas untuk pameran di sana," pungkasnya.OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya