Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PREDIKSI bahwa Indonesia defisit gas sebesar 500 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2019 ditepis oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Dalam prediksi tersebut, untuk menutup selisih antara permintaan dan pasokan, mau tidak mau Indonesia perlu melakukan importasi gas alam cair (liquid natural gas/LNG).
Ignasius meyakini importasi LNG tidak akan secepat yang diproyeksikan. Pasalnya, produksi gas domestik hingga 2019 masih dalam level aman.
Di samping itu, menurut Jonan, pemerintah tengah berupaya mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk meningkatkan lifting minyak dan gas bumi (migas).
Selain itu juga mempercepat waktu produksi sejumlah proyek migas strategis, seperti pengembangan Kilang Tangguh LNG yang dikelola Bristish Petroleum (BP) Indonesia, pengembangan proyek laut dalam (IDD) oleh Chevron Indonesia dan Blok Offshore North West Jawa (ONWJ) yang digarap PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
"Asumsi (harus impor LNG di 2019) belum tentu benar. Pemerintah bersama SKK Migas sedang mendorong kontraktor meningkatkan produksi gas domestik," tutur Jonan.
Pun, dia turut menepis proyeksi defisit gas di Tanah Air semakin melebar sebesar 4000 MMSCFD pada 2030. Jonan tidak memungkiri adanya pertumbuhan konsumsi gas domestik. Namun, menilik target produksi sejumlah pengembangan lapangan migas strategis, dikatakannya masih mampu menopang kebutuhan domestik.
Misal, Blok Masela dengan potensi kandungan gas sebesar 10,7 TCF diyakini sudah mulai berproduksi sebelum 2030. Seperti diketahui, pemerintah masih menunggu penyelesaian pre-Front End Engineering Design (FEED) dari Inpex Corporation selaku investor.
Fase tersebut mencakup penentuan lokasi, kapasitas kilang, hingga rencana pengembangan yang menyangkut industri petrokimia. Setelah pre-FEED, maka proses berlanjut ke FEED dan penyampaian keputusan akhir final investasi (Final Investment Decision/FID) yang dijadwalkan 2019 sehingga produksi gas pertama (on stream) dapat berjalan pada 2026.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi memandang importasi gas bisa saja terjadi apabila terjadi migrasi konsumsi gas di sektor industri. Sektor yang menyerap konsumsi gas terbesar di Tanah Air saat ini meliputi industri dan ketengalistrikan.
Menurut Amien pertumbuhan konsumsi gas dari kedua sektor tersebut pada 2019 tidak melebihi kisaran 10-12 persen. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di level 5-6 persen. Kementerian ESDM memang sudah membuka opsi importasi LNG bagi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan IPP dalam rangka menjamin pasokan gas untuk sistem ketenagalistrikan, utamanya mega proyek 35 ribu MW.
Namun, ketentuan serupa belum diberlakukan bagi sektor industri lantaran infrastruktur pendukung seperti terminal regasifikasi dinilai belum siap.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved