Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PERAN industri manufaktur atau pengolahan terhadap perekonomian nasional masih merisaukan.
Padahal, industri manufaktur merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan, di samping menciptakan lapangan kerja serta memperkaya inovasi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyayangkan hal tersebut.
"Industri manufaktur yang robust (kuat) menandakan adanya inovasi dalam industri dan karakteristik sumber daya manusia dan alamnya," kata ia dalam Apindo CEO Forum, di Jakarta, kemarin.
Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri pengolahan pada triwulan III 2016 tercatat 19,9%, turun dari setahun sebelumnya 20,38%.
BPS juga mendapati adanya perlambatan pada pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang (IBS).
Pada 2016, IBS tumbuh 4%, turun dari laju tahun sebelumnya 4,76%.
Bahkan, pertumbuhan IBS dari triwulan III hingga IV pada 2016 tumbuh negatif -0,34%.
Karena industri pengolahan berperan krusial, menurut Sri, pemerintah terus berkonsentrasi untuk meningkatkan investasi di infrastruktur dan sumber daya manusia.
Dua faktor itu ialah inti bagi terciptanya suatu industri atau komposisi ekonomi dari sisi produksi yang bisa menggambarkan karakteristik negara.
Dalam kesempatan terpisah, Plt Sekjen Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengemukakan, kebijakan harga gas murah menjadi faktor urgen dalam memacu pertumbuhan industri manufaktur, khususnya yang berskala besar dan sedang.
"Ada sembilan sektor IBS prioritas yang diperjuangkan untuk mendapat harga gas murah," ujar Haris.
Di masa depan, lanjutnya, industri mamin akan tetap diandalkan untuk mengerek pertumbuhan industri nasional. Penyebabnya, industri mamin konsisten bertumbuh besar.
"Industri mamin mampu menyumbang 30%-33% dari total pertumbuhan industri nasional," pungkas Haris.
Masalah harga gas diamini pelaku industri yang beroperasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke, Sumatra Utara. Endi Yulistiawan,
Penanggung Jawab Operasional PT Unilever Tbk di KEK Sei Mangke, mengatakan harus membayar US$11 per mmbtu gas.
Agar dapat berhemat, pihaknya terpaksa beralih ke solar.
"Kalau membeli gas dengan harga itu (US$11) kita belum sanggup. Itu keputusan manajemen di Jakarta," ujar Endi.
Pihaknya berharap pemerintah dapat menekan harga gas industri tersebut di bawah US$10 per mmbtu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Parlindungan Purba menambahkan tingginya harga gas industri memengaruhi animo perusahaan-perusahaan lain untuk masuk ke KEK Sei Mangke.
Sejak itu dibuka dan dikelola PTPN III sekitar 3 tahun lalu, baru BUMN perkebunan tersebut dan Unilever saja yang beroperasi di sana.
Sementara itu, Wakil Kadin Indonesia Anton J Supit menilai tidak hanya harga gas murah yang menjadi kunci keberhasilan pertumbuhan industri pengolahan, tetapi juga konsistensi dalam memperbaiki daya saing.
"Indonesia tidak pernah by design membenahi daya saing internasional. Belum ada parameter jelas," tuturnya.
Anton mengatakan, apabila mengacu ke World Economic Forum (WEF), ada 12 parameter yang harus dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan industri gemilang, di antaranya institusi atau kelembagaan, kesehatan, pendidikan, dan pangsa pasar.
Menurut Anton, Indonesia baru unggul dari segi market size, sedangkan faktor lain masih tertinggal.
"Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan."
(PS/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved