Menahan Harga Pangan Tetap Konstan hingga Lebaran

Andhika Prasetyo
13/1/2017 07:01
Menahan Harga Pangan Tetap Konstan hingga Lebaran
(MI/Panca Syurkani)

SIKLUS kenaikan harga pangan jelang hari raya seperti Lebaran selalu menjadi momok menakutkan bagi masyarakat.

Untuk menahan harga tetap stabil perlu jaminan ketersediaan pasokan melalui kontrol terhadap pendistribusian dan tingkat harga kebutuhan pangan dari hulu hingga hilir.

"Seluruh upaya impor, distribusi, intersepsi harga, hingga operasi pasar yang dilakukan saat ini merupakan sebuah langkah yang akan terus dilakukan secara berkelanjutan," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat meninjau harga dan pasokan pangan di beberapa pasar di sekitar Jakarta, kemarin.

Salah satu komoditas yang paling rentan terhadap kenaikan harga saat hari raya ialah daging.

"Kami mau memastikan ketersediaan dan harga daging sesuai yang ditetapkan."

Saat ini, imbuhnya, pemerintah menugasi Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menjamin pasokan dan memasarkan komoditas yang harganya kerap naik drastis itu.

Untuk itu, Bulog harus menjamin ketersediaan pasokan daging hingga Ramadan dan Lebaran tahun ini yang kurang lebih tinggal lima bulan lagi.

"Kami sudah cek, daging beku maksimal Rp80 ribu. Tetapi, di luar itu, ada daging segar dengan harga di atas Rp100 ribu. Jadi, dengan demikian masyarakat ada pilihan," ucapnya.

Ia pun menjamin daging impor yang dipasarkan memiliki kualitas yang baik sehingga masyarakat tidak perlu ragu untuk mengonsumsinya.

Pemerintah telah membuka keran impor daging kerbau asal India sebesar 70 ribu ton pada periode Desember 2016-Januari 2017.

Diperkirakan, 48 ribu ton di antaranya akan masuk awal tahun ini. Pihaknya pun sudah sudah meminta Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) untuk menjaga distribusi jauh-jauh hari dengan pasokan yang ada.

"Jangan berpikir pemerintah hanya mengimpor karena program sapi indukan juga kita galakkan. Benih sapi kita siapkan untuk program sapi wajib bunting sambil menunggu penambahan populasi sapi bagi peternak," urainya.

Cabai lewat Bulog dan PPI

Di kesempatan yang sama, Enggar juga memantau pasokan dan harga cabai, beras, dan kebutuhan lainnya.

Untuk cabai rawit merah, Bulog dan Perusahaan Perdagangan Indonesia (persero) telah melakukan operasi pasar dengan harga Rp65 ribu per kg.

"Operasi pasar Bulog dan PPI sudah mulai masuk pasar, dikirim dari daerah pemilik suplai cukup ke daerah yang membutuhkan," katanya.

Pasokan yang didatangkan PPI dari Sulawesi sekitar 5 ton untuk wilayah yang mengalami harga tinggi seperti Kalimantan, Jawa, dan Bali.

Sebanyak 1 ton cabai per hari disalurkan ke pedagang di Jakarta.

"Dalam sehari kami minimal menyalurkan 1 ton. Imbauannya cabai rawit di bawah Rp100 ribu. Kami jual ke pedagang Rp70 ribu-Rp80 ribu. Cabai merah keriting di bawah Rp60 ribu, kami dapat dari petani di harga Rp35 ribu," ujar Direktur Komersial dan Pemasaran PPI Trisilo Ari Setiawan.

Sementara itu, Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Yasid Taufik menyebut naiknya harga cabai rawit merah akibat turunnya pasokan hingga 50% ke pasar induk.

"Itu bukan disebabkan permasalahan produksi. Anomali harga cabai rawit merah hanya berada di pasar konsumen. Sementara itu di tingkat petani, harga cabai rawit merah berkisar Rp45 ribu per kg," kata Yasid.

(Ant/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya