Jangan Gamang Menangkal Gejolak

MI
29/12/2016 10:03
Jangan Gamang Menangkal Gejolak
(MI/Duta)

KADO Natal itu datang lebih awal. Rapat Federal Open Market Committee sepakat menaikkan Federal funds rate (FFR) ke kisaran 0,5%-0,75% pertengahan Desember lalu. Akan tetapi, kado itu tidak membuat otoritas moneter mengambil sikap berlebihan. Mungkin otoritas moneter telah belajar dari kado Natal serupa pada tahun lalu.

Tahun lalu, Indonesia dan sejumlah negara lain tengah menghadapi tekanan likuiditas akibat ketidakpastian di pasar. Dampaknya investor menjadi sensitif dan gegabah dalam merespons perkembangan global. Volatilitas pun melanda pasar uang dan pasar modal. Suasana ketidakpastian yang berlangsung selama dua tahun bahkan nyaris membuat sektor riil meriang berkepanjangan.

Ketika itu otoritas moneter kukuh menahan suku bunga di posisi 7,5%, yang membuat biaya dana mengapung tinggi untuk dapat ditutup keuntungan berusaha yang tengah seret. Untung saja industri perbankan sanggup membukukan penyaluran kredit tahunan sekitar 10,1%. Perlahan tapi pasti Bank Indonesia (BI) pada Januari 2016 mengubah kebijakan. Suku bunga acuan (BI rate) akhirnya diturunkan 25 basis poin (bps) menjadi 7,25%. Langkah penurunan 25 bps terus dilakukan pada Februari, Maret, dan Juni.

Untuk mendorong transmisi kebijakan moneter semakin cepat, bank sentral pun mengubah BI rate menjadi 7-Days reverse repo rate yang mengatur bunga acuan untuk transaksi mulai dari satu minggu. Bunga acuan untuk satu tahun setara BI rate kala itu sudah susut menjadi 5,25%. Pelonggar-an pun berlanjut pada September dan Oktober.

Sepanjang tahun ini bunga acuan secara umum sudah turun 275 bps. Bukan hanya itu, BI juga memangkas giro wajib minimum (GWM) primer 150 bps. Berangsur bunga kredit perbankan pun terpangkas menjadi single digit sehingga memacu konsolidasi seluruh sektor ekonomi.

Bayang-bayang kenaikan FFR tentu sesekali muncul, tetapi pasar tidak lagi terlalu menghiraukan. Pasar kembali bereaksi setelah calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump memenangi pemilu. Trump ibarat perlambang ketidakpastian. Pasar hanya punya satu qlue menyangkut Trump, yakni dia akan lebih protektif.

Di Tanah Air, gejolak kemenangan Trump memicu pelarian modal hingga Rp30 triliun dalam tempo sebulan. Beruntung konsolidasi yang bagus sejak awal tahun sanggup mendatangkan aliran dana bersih per November sebesar Rp105 triliun. Selain faktor Trump, membaiknya inflasi dan penyerapan tenaga kerja di AS yang mencatat rekor tertinggi sejak 2007 kian menuntun pasar pada ketidakpastian.

Pepatah preparation makes perfect benar adanya. Berbeda dengan penyesuaian tahun lalu yang hanya memberi satu kabar baik, yakni turunnya tensi ketidakpastian. Penyesuaian tahun ini relatif sukses diantisipasi. Rupiah hanya berfluktuasi di kisaran 13.325-13.405 per dolar AS. Indeks harga saham gabungan bertengger di level 5.230.

Dalam beberapa hari, tahun 2016 tiba di penghujungnya. Tahun depan, FFR diprediksi naik tiga-empat kali dalam setahun. Namun, setelah melewati masa-masa konso-lidasi kita menaruh harap otoritas moneter tidak gamang menangkal segala gejolak. (Fathia Nurul Haq/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya