Pasar Modal Menjadi Pilihan Investasi Andal

Anastasia Arvirianty
27/12/2016 08:51
Pasar Modal Menjadi Pilihan Investasi Andal
()

TAHUN ini agaknya menjadi tahun gemilang bagi kinerja pasar modal Indonesia. Melalui berbagai upaya keras, perlahan indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak menghijau sampai akhirnya pada September 2016 mampu menembus level 5.000 lebih, meski sempat kembali terkoreksi cukup tajam seusai terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat di pertengahan Oktober 2016.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah bersama otoritas bursa untuk menggiatkan pasar modal, dari sosialisasi, membentuk galeri pasar modal di kantor perwakilan daerah Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga menjadikan instrumen pasar modal sebagai tempat penampungan dana repatriasi hasil amnesti pajak. Perlu diakui, efek kesuksesan amnesti pajak di akhir periode pertama September 2016 membawa dampak signifikan bagi kinerja BEI.

Statistik BEI mencatat, sampai pekan pertama Desember 2016, performa IHSG masih tercatat bergerak di teritori positif dengan ditutup menguat 1,19% ke posisi 5.308,13 dari posisi 5.245,96 sepekan sebelumnya, meski di pekan kedua ditutup dengan koreksi tipis ke level 5.231,95.

Rata-rata nilai transaksi harian perdagangan saham pun semakin membaik. Pada pekan kedua Desember, rata-rata transaksi harian tumbuh 23,86% menjadi Rp8,93 triliun dari Rp7,21 triliun di pekan sebelumnya. Sejalan dengan itu, rata-rata volume transaksi harian juga naik 11,37% menjadi 12,44 miliar unit saham dari 11,17 miliar unit saham pekan lalu.

Tidak hanya IHSG, kinerja reksa dana pun perlahan meningkat. Data statistik bulanan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai November 2016, total nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana mencapai Rp315,56 triliun, naik 27,43% dari NAB pada periode yang sama 2015, yang sebesar Rp247,64 triliun.

Itu juga sejalan dengan pertumbuhan jumlah unit reksa dana yang bertumbuh 30,77% menjadi 231,23 triliun, dari 176,82 triliun pada November 2015.

Namun, menjelang akhir tahun ini, BEI terpaksa merevisi target jumlah perusahaan yang menawarkan saham perdana (IPO), dari semula 35 dipangkas menjadi 20 emiten saja. Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih ditengarai membuat minat perusahaan mencari sumber permodalan baru di lantai bursa dengan go public tergolong rendah. Sampai awal Desember 2016, BEI hanya mencatatkan 15 emiten baru yang mencatatkan saham perdana.

Meski pasang surut, pasar modal masih menjadi alternatif ideal untuk berinvestasi dan menempatkan dana selain di perbankan. Tingkat imbal hasilnya masih tergolong lebih besar ketimbang bunga perbankan meski masih di bawah investasi di instrumen logam mulia (emas).(E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya