Pekerja Disabilitas hanya Minta Kesetaraan

Jessica Restiana Sihite/E-4
17/12/2016 06:31
Pekerja Disabilitas hanya Minta Kesetaraan
(MI/Duta)

MEMILIKI hak bekerja yang setara merupakan impian bagi para kaum disabilitas.

Mereka ingin dianggap mampu bekerja di sektor formal dan dipercaya ikut mengembangkan bisnis perusahaan.

Irawan Irianto, penyandang tunanetra yang bekerja sebagai staf Metro TV, mengatakan dunia bisnis kerap masih kurang percaya kepada masyarakat disabilitas.

Padahal, dia meyakini para kaum disabilitas sangat mampu melakukan pekerjaan yang sama dengan karyawan normal.

"Orang pasti akan lihat, bisa apa sih? Malah ada stigma kalau kami pasti tidak bisa apa-apa," tukas Irawan dalam peluncuran Jejaring Bisnis & Disabilitas Indonesia (JBDI) di Jakarta, kemarin.

Seperti dirinya yang meski tidak bisa melihat, ia masih bisa menggunakan alat indranya yang lain untuk bekerja layaknya masyarakat normal.

"Tidak bisa melihat, bukan berarti saya tukang pijit. Kan bisa pakai mulut," selorohnya yang disambut tawa para undangan yang hadir.

Malahan, dia menilai kaum disabilitas tidak membutuhkan belas kasihan.

Jika demikian, kata dia, karyawan disabilitas hanya akan berpikir untuk bekerja, bukan berkarya.

Karena itu, perusahaan tidak perlu memberikan fasilitas mahal kepada mereka karena mereka pasti akan beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan.

"Permintaan kami sangat sederhana, disetarakan. Kami mau melakukan hal yang sama. Toh, kami bayar pajak juga sama. Jadi, ikut bangun negara juga," imbuhnya.

Sementara itu, Eli, 37, sudah bekerja di PT Tetra Pak Stainless Equipment, Cibitung, selama lebih dari tiga tahun.

Berjalan dengan mengenakan kursi roda tidak menghambatnya bekerja di divisi master data.

Dia mengaku selalu didampingi supervisornya dalam bekerja.

"Di Tetra Pack ada tiga karyawan disabilitas. Kami didampingi terus oleh supervisor," ujarnya.

Eli menandaskan pihaknya tidak pernah mendapatkan kesulitan, baik sejak perekrutan maupun bekerja.

Proses perekrutannya pun sama dengan calon karyawan normal.

"Sama semua dari awal. Ada tes tulis, wawancara. Fasilitas juga sama. Untuk kami yang pakai kursi roda, dikasih waktu istirahat 2-3 jam," tuturnya.

International Labour Organization (ILO) Country Director untuk Indonesia Francesco d'Ovidio pun menandaskan penyandang disabilitas memiliki potensi yang sangat besar yang bisa dieksplorasi perusahaan.

Namun, setiap perusahaan masih bertindak sendiri tanpa adanya suatu basis pelaksanaan yang dapat menguntungkan pihak pemberi kerja dan pekerja.

Karena itu, menurutnya, penting bagi para perusahaan untuk membentuk wadah saling berbagi pengalaman mempekerjakan kaum disabilitas.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya