Kenaikan Ekspor Spektakuler

Fathia Nurul Haq
16/12/2016 10:10
Kenaikan Ekspor Spektakuler
(Dok.MI)

BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan ekspor cukup tajam pada November 2016 yakni mencapai 21,34% menjadi US$13,50 miliar,jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar US$11,12 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan peningkatan ekspor tersebut merupakan yang tertinggi sejak Juni 2015. Pada 2016 BPS mencatat ada pola kenaikan ekspor sedikit demi sedikit pada tiap bulannya sejak Januari.

“Kenaikan ekspor cukup spektakuler. Ini memberikan gambaran bahwa perdagangan internasional kita dari sisi ekspor lebih baik,” kata Sasmito dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.

Kenaikan ekspor itu didorong meningkatnya ekspor lemak dan minyak hewan nabati, diikuti bahan bakar mineral dan perhiasan permata. Jika dibandingkan dengan Oktober 2016, kenaikan ekspor tercatat 5,91% (lihat grafik). “CPO dan turunannya mendorong kenaikan ekspor. Kenaikan itu disebabkan volume yang meningkat meskipun harga sedikit menurun.”

Di sisi impor, BPS mencatat impor Indonesia pada November 2016 naik 10% dari bulan sebelumnya, dari US$11,50 miliar menjadi US$12,65 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada November 2016 surplus US$837,8 juta.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyambut baik pertumbuhan ekspor Indonesia yang mulai mengarah ke tren positif setelah beberapa tahun terakhir menunjukkan angka negatif.

Beberapa sektor seperti pertambangan dari data BPS tumbuh 5,08% ketimbang bulan sebelumnya meskipun secara year on year masih negatif.

“Dalam bulan terakhir ini, ekspor kita sudah flat dari sebelumnya negatif, dan bahkan beberapa kegiatan di sektor pertambangan mencatat positive growth, itu baik,” kata Menkeu di Jakarta, kemarin.

Meski begitu, ia tidak mau berandai-andai melihat prospek tahun depan. Menurutnya, perlu dilihat kondisi eknomi global dan pergerakan negara-negara maju.

Ekspor manufaktur
Dengan melihat kondisi perekonomian domestik dan global yang mulai menunjukkan pemulihan meski masih relatif lambat, Direktur CORE Indonesia Mohammad Faisal memprediksi ekspor barang dan jasa Indonesia tahun depan tumbuh 0,8% dari sebelumnya minus 3,8% di 2016.

Selain pospek dari kenaik-an harga komoditas, produk manufaktur serta tekstil dan produk tekstil (TPT) bisa menjadi peluang ekspor tahun depan. Prediksi itu didasarkan pada kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump yang meningkatkan restriksi impor dari Tiongkok dan Meksiko.

“Ini kesempatan bagi Indonesia meningkatkan ekspor barang padat karya ke AS, seperti TPT dan manufaktur lainnya yang tergolong light industry,” tuturnya di Kementerian Perdagangan, Jakarta, kemarin. (Dro/Arv/Ant/E-2)

fathia@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya