Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
KEJAHATAN penjambretan terhadap para pedagang yang membawa uang tunai masih terus terjadi. Di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), misalnya, akhir September lalu, ada peristiwa penjambretan dengan korban pedagang pasar di eks Pabrik Gula, Kalibagor. Uang tunai Rp50 juta amblas direbut penjahat dengan sepeda motor.
Kejahatan semacam itu, sebetulnya bisa cegah kalau pedagang mulai meninggalkan uang tunai dan diganti dengan transaksi nontunai (Sinona).
Rupiah tidak perlu berwujud nyata uang, cukup dengan menggesek kartu saja. Inilah yang kini diterapkan oleh sebagian pedagang di Pasar Manis, Purwokerto.
"Memang belum terlalu banyak yang memakai, tetapi setiap harinya pasti ada yang menggunakan kartu untuk pembelian di Pasar Manis ini. Kalau dihitung-hitung, baru sekitar 10% yang menggunakan kartu dari seluruh traksaksi," jelas Sutrisno, pedagang tempe di pasar tradisional yang telah direhab secara modern tersebut, akhir pekan lalu.
Pasar tradisional yang diresmikan Presiden Jokowi itu, sejak akhir Oktober silam telah dicanangkan sebagai pasar yang melayani Sinona.
"Saya tertarik, karena akan lebih efektif. Sebagai tahap awal, ada 20 pedagang yang mengikuti percobaan Sinona. Kami diberi alat transaksi. Sehingga mereka yang mempunyai kartu Sinona, tidak perlu lagi membawa uang cash, cukup dengan menggesek kartu saja. Saat permulaan menggunakan agak canggung, namun sekarang sudah lancar. Saya membayangkan kalau semuanya menggunakan kartu, tentu tidak repot lagi, sebab tidak bawa uang. Lebih aman dari kejahatan dan terhindar dari uang palsu," ungkapnya.
Pedagang lainnya, Kusriyati, mengatakan jumlah pembeli yang memakai kartu Sinona semakin bertambah jika dibandingkan sebelumnya.
"Kendala selama ini paling hanya soal sinyal. Kalau sinyalnya bagus, transaksi lancar. Namun, perlu dipikirkan juga kartu Sinona lainnya, karena yang ada di Pasar Manis baru satu jenis kartu Sinona. Sehingga perlu ada tambahan kartu produk bank-bank yang telah mengeluarkan kartu Sinona, sehingga bisa seperti di mal-mal itu. Seluruh kartu transaksi dapat dilayani," ujarnya.
Sebelum para pedagang, Sinona yang diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI) Purwokerto itu telah diperkenalkan di Pondok Pesantren (Ponpes). Di Ponpes Miftahul Huda, Rawalo, Banyumas, BI Purwokerto mengimplementasikan Layanan Keuangan Digital (LKD) di lingkungan ponpes.
"Sementara ini, kebanyakan transaksi keuangan antara ponpes dengan orang tua santri secara tunai. Dengan adanya LKD, maka akan memudahkan pengurus ponpes dalam mengelola keuangan, karena tidak harus menghitung secara tunai," ungkap Huda Puri Aditia, salah seorang pengurus.
Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto Ramdan Denny Prakoso mengungkapkan sejak akhir Oktober lalu pihaknya terus mendorong adanya Sinona ke sejumlah pihak.
"Setidaknya sudah ada dua pihak yang disasar yakni Ponpes dan pasar tradisional. Di Ponpes Miftahul Huda itu, ada 1.500 santri yang dididik. Selama ini, kebanyakan bertransaksi secara tunai. Dengan adanya LKD, maka orangtua santri cukup mengirim ke rekening saja. Di sisi lain, pengelola juga lebih gampang mengatur peruntukan uang yang dikirim, baik untuk biaya pendidikan maupun uang makan. Para santri dengan mudah bisa jajan di kantin dengan menggunakan kartu Sinona karena kantin telah terpasang alat electronic data capture (EDC)," ujar Denny.
Kalau untuk pedagang, Sinona juga lebih mengefisienkan kerja para pedagang. Mereka tidak perlu rumit dalam mengurus kembalian yang biasanya berupa uang recehan. Pedagang juga bakal terhindar kemungkinan adanya uang palsu.
Sebab, hingga kini, jumlah uang palsu yang berhasil diidentifikasi oleh BI Purwokerto masih cukup besar. Hingga akhir Oktober, ditemukan 1.973 lembar uang palsu, mulai dari pecahan Rp100 ribu hingga Rp5 ribu. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang ditemukan sebanyak 3.734 lembar.
Dengan melihat data ini, maka Sinona akan lebih aman, sebab tidak transaksi itu tidak menggunakan uang pecahan.
Ditambahkan oleh Denny, BI Purwokerto mengupayakan peningkatan efisiensi ekonomi di Banyumas dan dimulai dari Kota Purwokerto menjadi kota cerdas atau smart city.
"Kami mendorong kebiasaan masyarakat khususnya di Kota Purwokerto untuk menggunakan Sinona sebagai pilihan utama untuk membangun less cash society. Dengan adanya peningkatan Sinona, maka transaksi ekonomi akan lebih cepat dan efisien. Sehingga dapat mewujudkan keuangan yang inklusif. Kegiatan ini akan terus didorong karena merupakan bagian dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)," paparnya.
Sementara itu, Kepala Unit Advisory Ekonomi Kantor Perwakilan BI Purwokerto Ginanjar menambahkan dengan beralihnya transaksi menggukan uang kartal ke Sinona, memberi dampak baik juga bagi BI.
"BI sebagai otoritas sistem pembayaran menyediakan dua cara pembayaran yakni dengan tunai yang memakai uang kartal serta nontunai dengan berbagai instrumen untuk kelancaran transaksi masyarakat. Keuntungan bagi BI dengan adanya Sinona, maka mengurangi uang kartal. Secara otomatis juga bakal mengurangi uang lusuh," kata Ginanjar.
Menurutnya, untuk menuju smart city, maka salah satu yang harus terus didorong adalah elektronifikasi sistem pembayaran dalam layanan publik.
"Ternyata Pemkab Banyumas juga mengapresiasi langkah-langkah yang kami lakukan. Apalagi ke depannya, BI bersama pemkab mendorong smart tourism. Peralatannya baru disiapkan dan mudah-mudahan nantinya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, objek-objek wisata di Banyumas juga melayani Sinona," jelasnya.
Pencetus ide smart city, Prof Suhono H Supangkat, guru besar ITB mengungkapkan kalau Sinona merupakan bagian dari smart economy. Sedangkan smart economy adalah bagian penting bagi terwujudnya smart city.
"Untuk menuju smart economy, maka diperlukan sejumlah syarat di antaranya adalah peningkatan ekonomi, pengembangan ekonomi makro dan mikro, transportasi publik yang bersih dan sehat, serta masyarakat memiliki kemampuan baru. Guna menuju smart city, maka tidak hanya ekonomi cerdas semata, melainkan juga smart society dan smart environment," kata Suhono dalam sebuah seminar di Purwokerto, pekan lalu.
Menuju sebuah kota yang cerdas bukanlah pekerjaan gampang, tetapi tidaklah mustahil dilakukan. Mengurangi jejak uang kartal dengan Sinona menjadi bagian penting untuk mencerdaskan sebuah kota. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved