Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
DUA cerobong berwarna merah putih menjulang ratusan meter di pinggir tol kawasan Pudong, sekitar 20 km arah timur Shanghai, Tiongkok. Namun, tiada asap tebal mengepul dari puncak cerobong itu meski keduanya menjadi jalur pembuangan residu pembangkit Shanghai Waigaoqiao No 3 Power Generation Co Ltd, pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara milik pemerintah Tiongkok.
Saat beroperasi, lazim jika setiap pabrik memproduksi asap tebal, apalagi jika pabrik itu menggunakan batu bara. Akan tetapi, Shanghai Waigaoqiao tidak. Mereka berhasil mengubah batu bara yang dikenal sebagai sumber utama polusi menjadi lebih bersahabat dengan lingkungan.
Mereka bahkan dinobatkan sebagai pembangkit listrik terbersih di dunia saat ini yang bersahabat dengan alam. Beragam pohon dan hamparan taman berbagi peran dengan bangunan pabrik.
Keberhasilan menekan polusi hanyalah salah satu yang dipetik rombongan PT PLN (persero) bersama sejumlah wartawan media nasional ke pembangkit Shanghai Waigaoqiao, Rabu (8/12).
“Ada tiga hal yang bisa kita pelajari dari pembangkit ini, kemampuan menekan polusi secara maksimal, tingkat efisiensi, dan pengelolaan limbah mereka,” tutur Direktur Bisnis Regional Sumatra PLN Amir Rosidin.
Tingkat efisiensi Shanghai Waigaoqiao memang luar biasa. Untuk menghasilkan 1 kwh listrik, jelas General Manager Shi Min, pembangkit berkapasitas 2 x 1.000 megawatt (Mw) itu hanya butuh sekitar 276 gram batu bara. Bandingkan dengan rata-rata PLTU di Indonesia yang butuh 2.700 gram batu bara per 1 kwh. Padahal, batu bara mereka merupakan campuran batu bara Indonesia dan Mongolia. “Sekitar 30% batu bara kami dari Indonesia,” kata Shi Min.
Meski hal itu layak membuat iri, PLTU di Indonesia sulit untuk menandingi lantaran teknologi yang digunakan masih tertinggal. “Tapi kita harus pertimbangkan memakainya.”
Dalam pengeloaan limbah batu bara, pembangkit itu justru menuai laba setelah mengubahnya menjadi bahan konstruksi. “Di Indonesia itu limbah B3, kita harus bayar pihak lain untuk membuangnya. Padahal, rata-rata per tahun jika konsumsi batu bara 60 juta ton batu bara, kalau limbahnya 10%, berarti 6 juta ton. Ini patut kita tiru,” tutur Amir.
Direktur Human Capital Management Muhamad Ali pun memuji lingkungan kerja PLTU itu yang rimbun dan menghijau. “Ke depan sejak awal pembangunan pembangkit dibarengi penanaman pohon,” katanya.
Dengan segala kelebihannya itu, Shanghai Waigaoqiao cukup andal memasok kebutuhan listrik kota tersibuk di Tiongkok itu. Saat beban puncak di musim panas, salah satu pusat bisnis dunia ini bisa menyedot listrik sampai 30 ribu Mw, sedangkan di musim dingin rata-rata 21 ribu Mw. (Jaka Budi Santosa/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved