Ekonomi Tahun Depan Tumbuh Stagnan

Dero Iqbal Mahendra
06/12/2016 09:00
Ekonomi Tahun Depan Tumbuh Stagnan
()

PERTUMBUHAN ekonomi pada tahun depan diperkirakan tidak akan jauh berbeda dari estimasi pencapaian 2016. Pasalnya, pertumbuhan komsumsi domestik diperkirakan masih melambat di 2017.

“Tahun ini sekitar 4,9% dan tahun depan pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5%,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri dalam Paparan Ekonomi 2017: Menanti Fajar dalam Keseimbangan Baru Ekonomi Global yang diselenggarakan Sampoer-na University di Jakarta, kemarin.

Tahun depan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2017 di level 5,2%. Sementara Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,0%-5,4%.

Menurut Faisal, berdasarkan data ekonomi, pertumbuhan ekonomi sebesar 5% belum tumbuh dengan agresif. Pelambatan itu disebabkan karena ­minimnya keinginan sektor swasta untuk melakukan ekspansi usaha. ­Mengingat, suku bunga kredit yang diharapkan turun belum juga terjadi.

“Komponen konsumsi itu ranahnya 56% (terhadap pertumbuhan ekonomi), kemudian investasi 34%, belanja pemerintah 10%. Tapi, konsumsi tahun depan cenderung melambat ke level bawah.”

Ia menyebutkan, upaya pemerintah mencari dana untuk menggenjot pembangunan infrastruktur, tidak disadari memberikan tekananan kepada industri perbankan. Faisal melihat penyebab bunga kredit perbankan masih tinggi karena likuiditas di pasar yang terbatas.

“Padahal belanja pemerintah itu hanya 10% (kontribusi ke pertumbuhan ekonomi), masyarakat banyak pindah dari deposito ke SUN (surat utang negara), dari tabungan ke ORI (obligasi ritel). Jadi pemerintah mau lari kencang, tapi bunuh saudaranya sendiri.”

Ekonom Sampoerna University Wahyoe Soedarmono mengatakan, agar ekonomi tumbuh lebih tinggi diperlukan investasi jangka panjang seperti infrastruktur. Akan tetapi, pembiayaan perbankan untuk sektor infrastruktur juga menantang karena kredit yang disalurkan bersifat jangka panjang.

“Ini bisa menciptakan miss match dan berbahaya bagi perekonomian ke depannya. Hal yang sangat kita butuhkan ke depannya, kita harus memperkuat corporate bond market.”

Likuiditas ketat
Dirut Bank Mandiri Taspen Pos (Mantap) Nixon LP Napitupulu mengakui ketatnya likuiditas perbankan karena perpindahan dana nasabah dari deposito ke instrumen lainnya.

“Sebagai contoh dana pensiun (dapen) di akhir tahun harus memenuhi sekian investasi ke SUN, kurang lebih Rp40 triliun akan keluar dari bank-bank dan pensiun ke SUN. Meski banyak dapen yang mengeluarkan SBN, hal itu menyebabkan market menjadi ketat pada bank (kategori) Buku I dan II,” ujar Nixon, di Jakarta, kemarin.

Selain itu, dana tebusan amnesti pajak yang mencapai Rp97 triliun, juga menyebabkan banyak uang keluar dari bank. Akibatnya, likuiditas kategori Buku I dan II ketat karena suku bunga mereka tidak bisa turun, dan cenderung stagnan.

“Semangatnya ingin turun suku bunga, tapi kondisi market-nya seperti itu.” (Try/Metrotvnews.com/E-2)

dero@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya