Harga Gas di Bintuni telah Disepakati

MI
01/12/2016 08:00
Harga Gas di Bintuni telah Disepakati
(Antara/Muhammad Adimaja)

PENGEMBANGAN kawasan industri di Teluk Bintuni, Papua, ditargetkan dapat dimulai pada 2019.

Kesepakatan harga gas pun kini telah disepakati di kisaran US$3,5/mmbtu dari British Petroleum (BP) Indonesia kepada dua investor yang dinilai sudah siap menjalankan industri, yakni Sojitz Energy Venture Inc dan Ferrostaal.

"Harga gas US$3,5 khusus di Bintuni ini telah turun dari sebelumnya US$8/mmbtu yang hanya untuk industri pupuk. Namun, kini produksi BP sedang oversupply sehingga gas diserahkan untuk sentra industri petrokimia ke Ferrostaal yang akan membangun petrokima sampai metana, dan juga Sojitz," ujar Kasubdit Pengembangan Kawasan Industri Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, pada Forum Oil and Gas 2016 di Jakarta, kemarin.

Namun, pasokan gas dari kilang akan tetap menjadi tumpuan pengembangan kawasan yang dilakukan PT Pupuk Indonesia (persero) itu. Pasokan dari BP Indonesia dipilih karena khawatir perusahaan migas Malaysia Genting Oil Kasuri di Blok Kasuri, Papua, lebih memilih mengekspor gas produksi mereka ke Malaysia.

"Tetapi kami coba supaya gas mereka juga untuk dalam negeri. Genting ini pun agak ringkih kalau berbicara soal alokasi. Kami tahu ada kepentingan mereka."

Alokasi gas dari BP Indonesia untuk Bintuni sebesar 180 juta kaki kubik per hari (mmscfd) di tahap pertama dan akan mencapai 360 mmcfd di tahap kedua.

Untuk memastikan harga tidak mengalami perubahan, pihaknya sedang mengejar kepastian kebijakan harga gas industri sudah dalam bentuk inpres atau keppres.

Namun, melihat harga gas di luar negeri yang lebih murah daripada gas nasional, Adie menyarankan pemerintah membuka kesempatan bagi industri nasional membeli gas dari luar negeri.

"Kalau dari dalam negeri tetap mahal, di Malaysia dan Singapura malah lebih murah. Lebih baik impor LNG, khusus untuk industri. Kalau tidak mau impor, pemerintah harus mengubah kebijakan harga gas untuk untuk seluruh industri," tandasnya. (Try/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya