Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KETIKA masyarakat Indonesia sudah cukup senang mengorder ojek motor, mobil, atau taksi, di India pesawat jet pun sudah bisa dipesan lewat aplikasi daring.
Harga layanan yang disediakan perusahaan Jetsetgo itu pun cukup terjangkau. Masyarakat India hanya perlu merogoh koceknya di kisaran US$3.000 (Rp40.647.000) hingga US$300 ribu (Rp4.064.700.000) untuk memesan pesawat jet pribadi beserta pilot, kru, teknisi, staf keamanan, dan katering yang tersedia.
Jetsetgo juga bersedia mengambil katering hingga ke luar negeri jika pemesan berkenan dengan pilihan katering selain yang ditawarkan. Harga tersebut tentu cukup terjangkau untuk kalangan konglomerat di sana.
"Saya pikir sekarang ini tidak terlalu susah untuk meyakinkan konsumen potensial untuk memilih bepergian dengan jet pribadi," ujar pendiri Jetsetgo Kanika Tekriwal seperti dikutip CNN, Senin (28/11).
Menurut firma konsultan Capgemini, India memiliki populasi miliarder sebanyak 200 ribuan yang merupakan konsumen potensial jet pribadi. Dengan potensi sebesar itu, perusahaan yang berdiri sejak 2012 itu diproyeksi bisa mengalahkan Inggris Raya pada 2026 dengan pertumbuhan transportasi udara yang pesat. Tahun lalu, pertumbuhannya mencapai 20%.
Wanita yang sudah meraih sukses di usia 28 tahun itu menyatakan perusahaannya bahkan sudah untung sejak hari pertama. Rata-rata keuntungan yang dicetak konsumennya ialah US$100 juta dengan margin keuntungan 11%.
Saat ini ada 16 pesawat yang siap untuk dipesan para hartawan. Pesawat itu rupanya bukan kepemilikan perusahaan, melainkan kepemilikan pribadi yang disewakan. Di atas kertas, Jetsetgo hanya menyediakan pelayanan dan jasa operasionalnya.
"Kami bisa saja membeli 100 pesawat walaupun tidak masuk akal mengingat masih banyak pesawat terparkir tidak melakukan tugas yang seharusnya," ujar Tekrewal.
Saat ini di India ada 3.000 pesawat pribadi. Meski jauh jika dibandingkan dengan total pesawat pribadi di Amerika Serikat yang mencapai 40 ribu, pesawat-pesawat itu menurutnya banyak yang menganggur.
Fakta itu mendorongnya memilih untuk memulai bisnis jasa alih-alih menghabiskan sumber dayanya membeli pesawat-pesawat baru. Ia meningkatkan pelayanan kepada konsumen sebagai imbal dari pembayaran yang dibagi dua dengan pemilik pesawat.
"Dengan cara ini kami membuat pesawat membawa keuntungan bagi pemiliknya dan bisa menyediakan servis yang baik dengan harga yang masuk akal bagi konsumen," jelas dia. (E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved