Menggenjot lagi Sektor Manufaktur

Dero Iqbal Mahendra
25/11/2016 09:10
Menggenjot lagi Sektor Manufaktur
(Antara/M Agung Rajasa)

INDONESIA harus meningkatkan kontribusi industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) untuk bisa keluar dari je-bakan kelompok negara berpenghasilan menengah (middle income trap). Terlebih, sektor manufaktur berkontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi yang terus menurun sejak krisis ekonomi 1998.

"Kita harus lepas dari middle income trap, kita agak susah lepas dari itu. Oleh karena itu, keinginan untuk itu harus didorong reformasi struktural melalui mendorong industri manufaktur," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi di Surabaya, kemarin.

Menurut Yoga, sebelum krisis moneter 1998, pangsa pasar manufaktur pernah berkontribusi sebesar 28% terhadap perekonomian. Kini, pada kuartal III 2016, kontribusi manufaktur sebesar 19,9%.

Tren penurunan sektor manufaktur itu, kata Yoga, disebabkan rendahnya konektivitas dalam negeri dan krisis global yang membuat pertumbuhan ekonomi tidak setinggi dulu. "Apalagi, kemenangan Trump membuat perdagangan dunia menyusut. Bottomline-nya, keinginan kita untuk menyejahterakan rakyat harus melakukan transformasi yang punya akar kuat, yaitu industri manufaktur."

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Yoga menilai perlunya fokus pada industri yang rambatannya tinggi. Industri yang sifatnya menghasilkan dalam jangka pendek, sekaligus berdampak pada perbaikan jangka panjang. Dia mencontohkan, industri makanan dan minuman memiliki penetrasi pasar yang tinggi, bahkan surplus.

"Perusahaan Indonesia di luar negeri ternyata banyak impor produk makanan dan minuman dari Indonesia. Juga, pilih industri yang di luar negeri sedang tumbuh," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menambahkan, ekonomi regional bisa memberikan masukan terkait dengan kebutuhan sektor manufaktur. "Kita ibaratkan jantung, detak manufaktur melambat, sejak 1998 terus melambat. Bahkan, dua tahun ini pertumbuhannya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional."

Meski begitu, kata Josua, kontribusi sektor manufaktur masih yang terbesar jika dibandingkan dengan pertanian dan sektor lain. Dia memerinci, pada kuartal III 2016 kontribusi manufaktur sebesar 19,9%, sedangkan pertanian 14,4% dan konstruksi 10,5%.

Dia berharap tahun depan ada perbaikan dengan kebijakan fiskal yang tepat dan postur anggaran yang lebih baik. "Apalagi dari sisi fiskal, dalam dua tahun terakhir spending lebih berkualitas, belanja infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan meningkat, sedangkan subsidi energi turun," ucap Josua.

Masih terkendala
Presiden Joko Widodo mengakui masih banyak kendala yang menghambat implementasi 14 paket kebijakan yang telah diluncurkan pemerintah.

"Kita sadar belum seluruhnya terimplementasi. Pemerintah akan terus cari terobosan agar paket kebijakan dapat terimplementasi dengan baik. Upaya ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mereformasi kebijakan agar tepat sasaran," kata Jokowi dalam Kompas 100 CEO Forum di Jakarta, kemarin. (Tes/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya