Pupuk Indonesia Lakukan Efisiensi

Anastasia Arvirianty
24/11/2016 09:10
Pupuk Indonesia Lakukan Efisiensi
(ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)

DALAM menghadapi harga gas yang tinggi, PT Pupuk Indonesia (persero) menyiapkan langkah-langkah efisiensi agar tetap mampu meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. Langkah pertama dilakukan dengan merevitalisasi pabrik.

Head of Corporate Communication PT Pupuk Indonesia Wijaya Laksana menjelaskan revitalisasi yang dimaksud ialah mengganti pabrik yang sudah tua dan lama dengan pabrik baru yang lebih canggih dan hemat konsumsi gas.

Sejauh ini, lanjut Wijaya, sudah ada tiga proyek pabrik besar yang dilaksanakan perusahaan. Pertama pabrik Kaltim-5 yang berlokasi di Bontang dan sudah beroperasi sejak November 2015 dengan kapasitas produksi 1,15 juta ton urea dan 825 ribu ton amonia per tahun. Pabrik yang dibangun untuk menggantikan pabrik Kaltim-1 itu bernilai investasi Rp7 triliun-Rp8 triliun.

"Konsumsi gas di pabrik Kaltim-5 hanya 25 mmbtu/ton urea, sedangkan konsumsi gas di pabrik pendahulunya, Kaltim-1, lebih boros yakni mencapai 37,82 mmbtu/ton," terang Wijaya.

Upaya revitalisasi lainnya ialah perusahaan tengah mengerjakan pabrik Pusri 2B, yang berlokasi di Palembang, dengan kapasitas produksi 907 ribu ton urea per tahun dan 660 ribu ton amonia per tahun, menggantikan pabrik Pusri 2 dengan konsumsi gas mencapai 38,16 mmbtu/ton.

"Pusri 2B konsumsinya hanya 24,25 mmbtu/ton. Saat ini penyelesaiannya sudah 99%, tinggal memasuki tahap tes performa dan diharapkan bisa beroperasi penuh di kuartal I 2017," tambahnya.

Selain Kaltim-5 dan Pusri 2B, akan dibangun juga pabrik Kujang 1C yang nantinya akan menggantikan pabrik Kujang 1A. Namun, saat ini, Kujang 1C sedang dalam tahap penundaan, sebab masih mencari lokasi yang dekat dengan sumber gas yang harganya ekonomis atau kompetitif.

"Revitalisasi ini sangat efisien untuk mengurangi belanja gas kami yang per bulannya mencapai US$120 juta (setara dengan Rp1,5 triliun) secara konsolidasi."

Perusahaan juga mulai merambah bisnis petrokimia yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada urea. Perusahaan tengah menjajaki kemungkinan pengembangan produk petrokimia, seperti metanol dan etilena. (Arv/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya