Menuai Laba dari Manisan Cabai

Gabriela Jessica Restiana Sihite
23/11/2016 08:27
Menuai Laba dari Manisan Cabai
(MI/Seno)

SIAPA bilang cabai hanya bisa diolah menjadi produk sambal. Dengan sedikit kreativitas, cabai ternyata bisa juga diolah sebagai minuman berasa manis.

Miftahudin, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), berhasil membuat inovasi baru dari cabai, yakni membuat minuman manisan cabai. Kata dia, rasanya pedas manis, tapi segar.

Benar saja. Begitu segelas kecil minuman manisan cabai buatan Yuasafood Berkah Makmur disuguhkan, aroma cabainya cukup menyengat. Rasanya sedikit pedas, manis, dan cukup menghangatkan tenggorok. Rasa pedasnya juga tidak bertahan lama karena memang dirancang untuk minuman.

Ide inovatif itu keluar dari melihat potensi cabai di Wonosobo, tempat usaha Miftahudin. Dia melihat selama ini cabai yang terpakai di daerah tersebut kebanyakan hanya cabai hijau. Cabai merah dibuang para petani.

"Makanya kita melihat itu berpotensi bagus dan akhirnya kita manfaatkan," ucap Miftahudin saat ditemui dalam UKM Award di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (21/11).

Dia pun mengambil ide cabai dijadikan minuman karena belum ada produk demikian yang beredar di Indonesia.

"Karena belum pernah ada minuman dari cabai, kita buat produk yang sifatnya baru. Kita buat manisan cabai. Jadi, bukan untuk lalap atau sambal, cabai kita buat manisan pedas," terangnya.

Karena tergolong produk baru, produksi minuman manisan cabainya masih 150-200 botol per hari dengan nilai jual Rp15 ribu per botol. Dengan modal awal sekitar Rp1 juta, ia mengaku omzet per bulan-nya masih di bawah Rp100 juta.

Saat ini, minuman pedas manis tersebut masih hanya dijual di toko oleh-oleh dan secara daring, belum masuk hingga ke toko retail. Namun, produknya sudah dipasarkan secara tetap ke Semarang dan Yogyakarta.

"Kita masih berharap diikutkan dalam setiap pameran perdagangan untuk mengenalkan produk ini," ucap Miftahudin.

Kreativitas mengolah produk pangan juga dilakukan PT Serasa Selera Nusantara. UMKM tersebut membuat inovasi Ketupatkoe, yakni ketupat instan yang dibungkus dalam plastik.

CEO of Serasa Food Yuszak M Yahya mengatakan ide produk tersebut berasal dari kebutuhan para masyarakat kelas menengah ke atas yang ingin membuat ketupat tanpa harus ribet menganyam daun-daun kelapa. "Ketupat makanan khas Indonesia dan harus kita jaga kelestariannya," ujar Yuszak. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya