Pertamina Cetak Laba Bersih Rp38 Triliun

Ant/E-3
09/11/2016 08:39
Pertamina Cetak Laba Bersih Rp38 Triliun
(ANTARA/Irsan Mulyadi)

PT Pertamina (persero) meraup laba bersih US$2,83 miliar (Rp38,2 triliun) di triwulan III 2016, naik 209% jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama 2015 (year on year/yoy) sebesar US$914 juta (Rp12,4 triliun). Raihan tersebut dicapai saat pendapatan perseroan mencapai US$26,62 miliar (Rp359,4 triliun), turun 16,8% dari capaian US$32 miliar (Rp432 triliun) akibat anjloknya harga minyak mentah.

”Kinerja itu didorong dengan efisiensi dan terobosan melalui breakthrough project,” ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam paparan di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, peningkatan kinerja operasi antara lain melalui efisiensi berhasi­l memangkas biaya hingga 27%.

“Sampai September 2016, ada efisiensi sekitar US$1,6 juta (Rp21,6 miliar) dari breakthrough project,” ujarnya.

Kinerja hulu perseroan mencatatkan produksi 646 ribu barel setara minyak per hari (boepd) terdiri 309.000 barel per hari (bph) minyak dan gas 1.953 juta kaki kubik per hari (mmscfd), tumbuh 12,3%.

Transportasi gas mencapai 393 milar kaki kubik (bscf) dengan penjualan gas mencapai 530 miliar british thermal unit (bbtu).

Pertamina juga berhasil me­nekan biaya pokok produk­si kilang di kisaran 104,2% MOPS hingga September 2015, turun menjadi 98,2%, dan menja­dikan harga produk kilang Pertamina lebih kompetitif. Penjualan BBM dan non-BBM meningkat tipis 4,3%, mencapai 47,77 juta kiloliter (kl) dari 45,81 juta kl. “Kami berhasil melakukan penetrasi berbagai varian BBM, khususnya seri pertamax yang naik 206% sebesar 6,21 juta kl,” tandasnya.

Anggota Komisi VII DPR Satya Widya Yudha menyatakan mendukung capaian Pertamina itu dan dan mendorongnya memperluas kiprah mereka di di level global.

Sementara itu, analis ekonomi energi Universitas Indonesi­a Berly Martawardaya menyebut capaian itu cukup baik di sa­at harga migas rendah dan eko­nomi global masih melambat. “Masih bisa ditingkatkan bila ada dukungan pemerintah untuk membuka pintu investasi di negara sahabat supaya bisa bersaing di tingkat internasional,” katanya.

Impor untuk satu harga
Target pemerintah untuk satu harga BBM di seluruh negeri di Januari 2017 mulai diimplementasikan Pertamina di beberapa daerah terpencil dan wilayah perbatasan seperti Karimun Jawa, Kalimantan Utara, dan Maluku Utara. Untuk menyiasati mahalnya biaya distribusi, Pertamina membuka opsi impor BBM di wilayah perbatasan.

“Beberapa wilayah perba­tasan harus dipasok lewat udara, biayanya lebih mahal. Kami cari cara lebih efisien dengan impor BBM dari negara terdekat,” ujar Wakil Direktu­r Utama Pertamina Ahmad Bambang.

Misalnya untuk Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang selama ini mendapatkan pasokan BBM dari Pontianak, akan lebih efiesien bila diimpor dari Malaysia. ”BBM dijual atas nama Pertamina, begitu pun harganya. Biaya distribusi bisa ditekan 60%, misalnya dari semula Rp30 ribu-Rp35 ribu menjadi Rp10 ribu per liter. Kita pakai mekanisme swap, kita impor dari Malaysia, kita juga ekspor ke sana.”

Untuk memuluskan program yang mengedepankan asas keadilan itu, Pertamina menyiapkan anggaran Rp1 triliun per tahun. (Ant/E-3)

tesa@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya