Korbankan Jam Kerja demi Membaca Buku

MI
07/11/2016 09:44
Korbankan Jam Kerja demi Membaca Buku
(MI/Seno)

BOLEH bekerja keras, tapi jangan tinggalkan membaca. Setidaknya, seperti itulah yang diminta pemerintah Uni Emirat Arab (UAE) untuk meningkatkan budaya membaca di masyarakat.

Presiden UAE Sheikh Khalifa bin Zayed Al-Nahyan yang meresmikan kebijakan wajib membaca pada Senin (31/10) lalu itu menginginkan generasi muda saat ini memiliki bekal yang cukup guna mencapai visi dan misi bangsa di masa yang akan datang. Membaca, diyakini menjadi salah satu pendekatan yang tepat.

"Sejak berdiri, ilmu pengetahuan dan kebudayaan ialah satu hal yang penting bagi kami dan kami ingin memanfaatkan hal itu untuk negara tercinta ini," ujar Sheikh Khalifa, Rabu (2/11), seperti dilansir surat kabar harian pemerintah The National.

Dalam penerapannya, pemerintah akan memberikan keringanan kepada para pekerja untuk mendapatkan waktu istirahat lebih panjang yang nantinya dapat digunakan untuk membaca buku-buku yang berisi panduan terkait profesionalisme dan pengembangan diri.

"Tujuan kami jelas, untuk menjadikan membaca sebagai kegiatan yang tidak bisa dilepaskan. Ini ialah entitas kami. Kami memberikannya payung hukum agar kebijakan ini dapat terintegrasi laiknya proyek-proyek pemerintah yang lain," ucap Wakil Presiden UAE Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum.

Di luar dunia kerja, pemerintah juga menyerukan kewajiban-kewajiban serupa. Seperti di sekolah, para pengajar diembani tugas untuk mendorong minat membaca para siswa dan siswi.

"Buku juga harus dihormati. Buku-buku yang sudah tidak terpakai tidak boleh dihancurkan, tetapi harus disimpan atau disumbangkan," lanjutnya.

Tempat-tempat hiburan pun tidak terlepas dari kebijakan anyar tersebut. Sheikh Mohammad mengatakan kedai-kedai kopi harus menawarkan buku bacaan kepada para pengunjung. "Perpustakaan juga harus ada di pusat-pusat perbelanjaan," tegasnya.

Guna mendukung kebijakan tersebut hingga ke akarnya, pemerintah juga akan membebaskan berbagai macam pajak yang berkenaan dengan pengadaan buku, seperti pajak untuk material bahan, pendistribusian, penerbitan, dan pencetakan.

Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan berbagai fasilitas bagi para penulis, editor, serta perusahaan percetakan dengan menggunakan alokasi dana khusus.

"Kami pernah mengalami masa ketika kaum kami berpedoman teguh pada buku. Pada saat itu, kami ialah pelopor, pemimpin. Kami menjadi mercusuar bagi umat manusia, dan membuka jalan bagi masa Renaisans Eropa," ucapnya.

"Pesan yang ingin saya sampaikan dari semua ini ialah manusia tidak akan memiliki masa depan tanpa buku. Tidak akan ada pencerahan atau toleransi atau kehidupan. Tanpa buku tidak akan ada kreativitas atau inovasi atau penemuan. Tanpa buku tidak akan ada kemakmuran dan kesejahteraan." (Pra/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya