Lebih Dari 400 Ribu Rumah Selesai Dibangun

Anastasia Arvirianty
13/10/2016 18:57
Lebih Dari 400 Ribu Rumah Selesai Dibangun
(Dok. MI)

KEMENTERIAN Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun lebih dari 400 ribu unit rumah di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2016, dalam Program Satu Juta Rumah. PUPR optimistis sampai akhir tahun jumlah rumah yang dibangun bisa lebih dari pencapaian 2015.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Maurin Sitorus kepada media saat dijumpai di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (13/10).

Lebih lanjut, Maurin memaparkan, dari sekitar 400 ribu unit rumah yang telah dibangun tersebut, 320 ribu unit adalah rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan sekitar 90 ribu unit rumah adalah rumah non-MBR.

"Dari 320 ribu unit tersebut, yang sudah di-KPR-kan ada sebanyak 110 ribu unit, sisanya masih dalam tahap pembangunan," ujar Maurin.

Ia juga mengatakan jumlah tersebut baru merupakan data yang diterima oleh Kementerian PUPR, dan tentunya masih bisa bertambah. Sebab, di lapangan, jumlah rumah yang dibangun bisa lebih banyak dari itu.

"Itu kan jumlah di seluruh Indonesia, karena di seluruh Indonesia itu maka ada lag time dalam pelaporan yang masuk pada kami."

Adapun, tambah Maurin, berdasarkan data yang ada, pembangunan rumah yang termasuk dalam Program Satu Juta Rumah sebarannya paling banyak ada di daerah Jawa Barat, kemudian disusul wilayah Banten.

Maurin juga mengakui, meski hingga Oktober pembangunan rumah baru mencapai sekitar 40% dari target. Menurutnya, di 2016 ini, pembangunan rumah masih berjalan sesuai dengan harapan semua stakeholder, dan responnya masih positif. Ia mengatakan, hambatan terbesar dalam pembangunan rumah ini adalah dari segi ketersediaan (supply).

Dirinya menjelaskan, hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan kemampuan beberapa pengemban, dan juga kecenderungan pengembang besar yang enggan membangun rumah bersubsidi.

Penyebabnya, margin profit yang kecil, selain itu juga masalah perizinan, tanah, harga material, ketersediaan infrastruktur pokok, dan suku bunga yang mahal, terutama untuk kredit konstruksi.

"Untuk itu, pemerintah terus mengupayakan beberapa insentif untuk mendorong gairah pengembang agar bersedia membantu pemerintah menyediakan perumahan," tandas Maurin. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya