Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat di Tanah Air untuk terus mengembangkan budaya batik dalam momentum peringatan Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober. Itu dinilai penting karena batik merupakan warisan budaya leluhur bangsa Indonesia.
Demikian disampaikan Presiden Jokowi dalam cicitan pada akun resmi Twitter-nya yang diunggah kemarin. Mantan Wali Kota Surakarta itu juga menyebut bahwa industri batik merupakan salah satu bentuk industri kreatif yang dapat menggerakkan ekonomi nasional.
“Kembangkan terus batik sebagai industri kreatif yang menggerakkan ekonomi nasional. Selamat Hari Batik Nasional 2016 - Jkw,” cicitnya.
Sebagaimana diketahui, 2 Oktober telah disepakati sebagai Hari Batik Nasional. Itu bertujuan memperingati penetapan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap salah satu budaya Indonesia.
Senada dengan itu, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri menyatakan industri batik telah menyerap ratusan ribu tenaga kerja sehingga diharapkan batik Indonesia mampu bersaing, terutama dalam kerja sama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
“MEA memberikan peluang perluasan pasar bagi produk-produk unggulan Indonesia, termasuk produk industri batik. Itu sebabnya pelaku industri batik tradisional dan modern harus terus mengembangkan batik agar kita tidak kalah bersaing dalam MEA,” ucap Hanif di Kementerian Ketenagakerjaan, baru-baru ini.
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani menyatakan agar industri batik menjadi industri kreatif unggulan, pemerintah mendorong ilmu membatik ditularkan kepada anak muda, terutama para siswa sekolah.
“Pelatihan membatik harus lebih banyak dilakukan, khususnya kepada siswa. Kita butuh banyak guru dan pelatih lantaran membatik ini perlu keterampilan khusus yang hanya dikuasai oleh anak-anak bangsa Indonesia,” kata Puan saat membuka Pameran Batik Indonesia Pusaka Dunia sebagai rangkaian peringatan Hari Batik yang digelar Yayasan Batik Indonesia di Jakarta, kemarin.
Ia menambahkan setelah anak-anak diajari membatik, nantinya dapat diarahkan dan terintegrasi dengan kalangan industri. Saat ini, tutur Puan, SMK Negeri 27 Jakarta, misalnya sudah menerapkan pembelajaran batik kepada siswa mereka. “Kami berharap akan ada sekolah-sekolah lain yang mengajarkan keterampilan serupa,” tutur Puan.
Karena itu, ke depan, Kemenko PMK bersama dengan Yayasan Batik Indonesia berencana memasukkan pelajaran keterampilan membatik dalam program revolusi mental, dengan harapan batik dapat berkembang lebih baik lagi dan mengakar ke anak-anak Indonesia.
“Sebagai contoh, motif yang terdapat pada batik parang yang mencerminkan semangat bergelora dan berkesinambungan,” tutup Puan.
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud Mustaghfirin Amin mendukung agar pelajaran keterampilan membatik dimasukkan pada kurikulum sekolah. Dengan begitu, akan semakin mempertahankan batik sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia di mata dunia.
“Itu sudah dibuktikan siswa SMK NU Banat, Kudus, yang karyanya dengan menampilkan busana gaya modern, yakni kain batik serta bordir yang kental dengan nuansa khas Indonesia, mampu memukau pada pergelaran busana kelas dunia Asia’s Fashion Spotlight di Hong Kong, 7-10 September,” pungkas Mustaghfirin.
Berikan ruang
Hal serupa disampaikan Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia Yultin Ginanjar Kartasasmita. Menurut dia, agar minat generasi muda dalam mencintai batik terus meningkat, selain diberikan pelatihan kepada siswa-siswa SMK, juga perlu ada target munculnya generasi pembatik muda di masa depan. Salah satu caranya ialah memberikan ruang bagi para perajin batik pemula dalam memamerkan hasil karya mereka.
“Itu sebabnya kami menggandeng Kementerian Perindustrian dalam mengadakan pameran bagi pembatik muda agar lebih kenal pasar. Jadi, kelak mereka bisa bersaing dengan desainer luar negeri yang ternyata juga sudah mulai melirik motif batik,” tukasnya.
Misalnya di Swiss, imbuh Yultin, beberapa desainer di sana begitu mengagumi batik Mega Mendung khas Cirebon. Tidak sedikit yang juga tertarik mempelajari cara membuat batik dengan motif garis-garis awan tersebut.
Terkait dengan itu, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta Prof Arief Rachman menekankan pentingnya menjaga orisinalitas motif batik khas suatu daerah saat tampil di pameran luar negeri. (Ant/S-4)
puput.mutiara@mediaindonesia.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved