Industri Tekstil Butuh Harga Gas Murah

Gabriela Jessica Sihite
29/8/2016 17:25
Industri Tekstil Butuh Harga Gas Murah
(ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

PEMERINTAH berencana menurunkan harga gas untuk beberapa golongan industri hulu. Rencana tersebut menjadi sorotan bagi pelaku industri yang tidak mendapatkan insentif itu, salah satunya industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan harga gas sangat memengaruhi biaya produksi industri tekstil dan alas kaki yakni di atas 25% dari biaya produksi. Karena itu, penting bagi industri TPT mendapatkan harga energi yang murah agar biaya produksi bisa lebih efisien.

"Saat ini tata niaga gas kita terlalu rumit. Gas dari Indonesia dijual ke Singapura dijual di bawah US$4 per mmbtu. Tapi pas dijual di Indonesia malah US$12 per mmbtu. Artinya, di sana terjadi percaloan luar biasa. Padahal energi adalah tulang punggung industri," ucap Ade ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (29/8).

Dia menyarankan harga gas untuk industri TPT semestinya sekitar US$7 per mmbtu. Dengan begitu, biaya produksi bisa ditekan dan harga produk tekstil dan alas kaki Indonesia bisa lebih murah.

Senada, Wakil Ketua Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) Gautama Hartarto menandaskan dalam beberapa tahun terakhir harga gas dan listrik untuk industri terus meningkat. Padahal untuk industrinya, gas sangat diperlukan sebagai bahan baku energi. Sementara itu, pemerintah tidak memberikan insentif ekspor atau infrastruktur kepada para industrialis.

"Negara produsen tekstil lain memberikan insentif ekspor ke pelaku industrinya dan juga infrastrktur. Akibatnya, mereka bisa jual murah dan itu memukul industri kami," cetusnya.

Ia menilai permasalahan-permasalahan tersebut sudah menjadi keluhan pengusaha sejak dulu. Namun, solusi dari pemerintah tidak pernah menyentuh permasalahan dan kerap tidak berkelanjutan.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan pihaknya sudah mengusulkan industri TPT agar mendapatkan insentif penurunan harga gas. Saat ini, kebijakan yang masuk dalam paket kebijakan III itu masih dibahas di Kementerian Koordinator Perekonomian.

"Harga gas memang sangat mempengaruhi industri hulu dan intermediate dari TPT. Ini yang sedang kita bahas dengan kementerian lain yang terkait," katanya.

Menurutnya, selain biaya produksi yang belum efisien, pasar sangat menentukan mati hidupnya industri TPT. Karena itu, pihaknya sangat berharap pada perundingan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (IEU-CEPA) yang bisa membuka pasar Eropa dengan bebas.

"Kalau perjanjian itu sudah disepakati, pasar kita ke sana akan terbuka dan pasar Eropa kan cukup besar. Syukur-syukur 2018 bisa selesai perundingannya," ucap Airlangga. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya