DPR Pertanyakan Komitmen Operator Bangun Jaringan

26/8/2016 14:56
DPR Pertanyakan Komitmen Operator Bangun Jaringan
(ANTARA)

KOMISI I DPR mempertanyakan komitmen operator telekomunikasi untuk membangun jaringan secara nasional. Anggota Komisi I juga ingin adanya keadilan terkait penetapan tarif interkoneksi.

Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP Evita Nursanty mengatakan, biaya interkoneksi itu merupakan cost recovery. Menurutnya bagi operator yang telah membangun jaringan ke seluruh Indonesia, seperti Telkom dan Telkonmsel, cost recovery-nya tinggi.

"Apa wajar, operator yang sudah membangun hingga ke pelosok negeri dengan biaya yang besar, lalu tarifnya disamakan dengan operator yang hanya membangun di kota-kota besar saja? Kalau bangunnya sedikit, lalu ingin minta yang banyak, itu tidak fair,” kata Evita dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I dengan rdari enam operator telekomunikasi di Jakarta.

Atas dasar itu, menurut Evita, wajar bila Telkom dan Telkomsel menolak rencana pemerintah menurunkan biaya interkoneksi. Karena kebijakan itu akan merugikan Telkom dan Telkomsel.

Masalah keadilan juga dipertanyakan anggota Komisi I dari PDIP Efendi Simbolon. Menurut merupakan ketidakadilan jika ada operator yang mau menikmati apa yang telah dibangun operator lain.

Sedangkan anggota Komisi I dari PAN Budi Youyastri sangat yakin, penurunan biaya interkoneksi itu sebenarnya hanya ingin memperebutkan pasar yang selam ini dimiliki Telkomsel. "Lalu setelah merebut kue Telkomsel, keuntungannya mereka mau dibawa kemana? Apakah akan dipakai untuk membangun jaringan atau dibawa ke luar negeri,” kata Budi.

Dirut Telkom Alex Sinaga dengan tegas menolak dan keberatan atas Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan Kemkominfo pada 2 Agustus 2016 tentang penurunan biaya interkoneksi dari Rp250 menjadi Rp204. Bahkan penolakan dan keberatan itu sudah disampaikan secara tertulis oleh Telkom dan Telkomsel kepada Kemkominfo.

Di sisi lain, Dirut Indosat Alexander Rusli mengatakan penurunan biaya interkoneksi adalah untuk memberi kesempatan kepada operator selain Telkom Group untuk berkembang. "Kalau biaya interkoneksi turun, kami bisa memberikan layanan lain yang lebih menarik untuk pelanggan. Interkoneksi masih menjadi barrier sehingga harga murah untuk pelanggan itu masih pada daerah-daerah tertentu bersifat terbatas," ujar Alexander Rusli. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya