Laba Bersih BSM Tumbuh 26,67%

Adhi M.Daryono
15/8/2016 14:25
Laba Bersih BSM Tumbuh 26,67%
(MI/Panca Syurkani)

PADA Semester I 2016 ini, seluruh indikator kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) membukukan pertumbuhan laba bersih 26,67% dari semula Rp132 miliar per Juni 2015 menjadi Rp168 miliar per Juni 2016. Sedangkan laba operasional sebelum pencadangan naik 48,9% dari Rp322 miliar menjadi Rp479 miliar.

‘’Alhamdulillah kinerja kami menguat dan mulai on the track,’’ kata Direktur Utama BSM Agus Sudiarto di Jakarta, Senin (15/8).

Sepanjang tahun 2014 dan 2015, Agus Sudiarto mengatakan manajemen Bank Syariah Mandiri melakukan konsolidasi untuk fokus menangani pembiayaan bermasalah sembari meletakkan pondasi baru perusahaan ke depan berdasar Corporate Plan 2016-2020.

Dengan kondisi yang mulai membaik pada semester pertama, Agus optimistis BSM dapat mencapai target laba Rp300 miliar hingga akhir tahun 2016.

Direktur Finance and Strategy BSM Agus Dwi Handaya memaparkan bahwa perolehan laba tersebut antara lain ditopang naiknya cash recovery ex write off yang naik 31,58% pada Juni 2015 senilail Rp171 miliar menjadi Rp225 miliar per Juni 2016.

"Pada tahun 2015 BSM menggelar Gerakan Sikat Satu Triliun (Gesit) dan dilanjutkan dengan program Gerakan Genggam Recovery Rp1,25 Triliun (Geger 125) pada 2016,"ujar Agus Dwi Handaya.

‘’Di tengah kondisi makro ekonomi yang masih belum kondusif, BSM mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis.’’ sambung Agus Dwi Handaya.

Di antara kinerja positif BSM lanjut Agus adalah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebagai salah satu indikator likuiditas. "Per posisi Juni 2015, DPK BSM Rp59 triliun dan naik sebesar 7,82% menjadi Rp64 triliun per posisi Juni 2016,"jelasnya.

Perolehan DPK ini didorong oleh pertumbuhan giro sebesar 6,25% semula Rp6,86 triliun per Juni 2015 menjadi Rp7,10 triliun per Juni 2016, dan tabungan yang tumbuh sebesar 11,25%, semula Rp22,05 menjadi Rp25 triliun per Juni 2016. Adapun deposito tumbuh 5,68% semula Rp30,43 Triliun per Juni 2015 menjadi Rp32,16 triliun per Juni 2016.

"Perolehan DPK dari giro dan tabungan, menjadikan komposisi dana murah BSM per posisi Juni 49,58%, atau naik dibandingkan komposisi dana murah pada periode serupa tahun sebelumnya yang sekitar 48,56%,"beber Agus Dwi Handaya

Untuk menjaga pendapatan perusahaan, manajemen tahun 2016 menempatkan dana pada surat berharga dengan total Rp6,57 triliun di mana sekitar Rp4 triliun ditempatkan pada private placement project based sukuk Kementerian Keuangan RI.

Untuk pembiayaan, BSM berhasil tumbuh sebesar 4,49% atau meningkat Rp2,3 triliun dari semula sebesar Rp50,4 triliun per Juni 2015 menjadi Rp52,7 triliun. Target pertumbuhan pembiayaan sampai dengan akhir tahun sebesar 7% atau sekitar Rp4 triliun.

Sementara itu, pembiayaan UKM (kecil dan mikro) per Juni 2016 berhasil mencapai Rp14.06 triliun naik sebesar 25.51% dari Juni 2015 Rp11.21 triliun.

Di sisi lain, manajemen berhasil menurunkan non performing financing (gross) yang semula 6,67% per Juni 2015 menjadi 5,58% per Juni 2016 atau lebih dari 100 basis poin. ‘’Ini lebih cepat dari proyeksi di mana kami menargetkan hingga akhir tahun NPF dapat berada di kisaran 5,5%,’’ ungkap Agus Dwi Handaya.

Sementara itu, Non Performing Financing Nett berada di kisaran 3,74% per Juni 2016 atau turun dibandingkan 4,70% per posisi Juni 2015. "BSM kini memasuki Bank Buku 3 dengan modal inti Rp5,55 triliun dan ekuitas Rp5,78 triliun. Sementara posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) per Juni 2016 berada di angka 13,69%,"kata Agus Dwi Handaya.

Per posisi Juni 2016, aset BSM telah mencapai Rp72,02 triliun tumbuh sebesar 7,57% dari Rp66,95 triliun posisi Juni tahun sebelumnya. Adapun total rekening BSM mencapai sekitar 6,2 juta.

BSM masih memimpin pangsa pasar industri syariah dengan market share seperti aset: 23,70%, dana pihak ketiga 26,15%, pembiayaan:23,90%, dan tabungan: 35,21%

‘’Setelah pembiayaan bermasalah teratasi, kami kini fokus kepada peningkatan bisnis sesuai corporate plan yang telah disusun,’’ tambah Agus Dwi Handaya lagi. Peningkatan bisnis tersebut juga dibarengi dengan perbaikan infrastruktur IT.

Setelah menyelesaikan konsolidasi untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah dan memperbaiki bisnis proses, manajemen kini fokus pada penjualan produk utama yakni Cicil dan Gadai Emas, Tabungan Mabrur Junior dan Tabungan BSM, Pembiayaan Griya, Pembiayaan Pensiun, dan Pembiayaan Mikro.

Kinerja dan performance BSM juga diapresiasi lembaga luar termasuk Pemerintah salah satunya melalui penunjukan BSM sebagai satu-satunya bank syariah yang menjadi gateway terkait dengan pemberlakuan ketentuan pengampunan pajak (tax amnesty).

"Pemerintah juga telah menunjuk BSM sebagai agen penjual untuk sukuk tabungan yang diterbitkan Kementerian Keuangan yang masa penawarannya mulai 22 Agustus 2016- 1 September 2016,"tutup Agus Dwi Handaya. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya