Menekan Biaya dengan Hidup Berkelompok

MI
09/8/2016 11:17
Menekan Biaya dengan Hidup Berkelompok
(MI/Seno)

DI lahan seluas 20 hektare di Colton, Oregon, Amerika Serikat, delapan manusia dewasa mencoba memikirkan bagaimana orang-orang AS membangun struktur keluarga yang normal. Mereka mencoba mengatasi berbagai masalah yang disebabkan gaya hidup modern, termasuk waktu yang habis untuk bekerja dan tantangan dalam membesarkan anak.

Dilansir dari situs Theauthentic.com, empat pasangan itu mencoba sebuah pengalaman hidup berkomunitas yang unik. Setiap pasangan ‘memegang’ anak-anak dan remaja, berbagi ruang, sebidang tanah dengan padang rumput, mobil tua berkarat, dan beberapa properti sisa dari pemilik sebelumnya.

Salah satu aturan yang disepakati bersama ialah semua anggota kelompok akan berbagi rumah utama yang hanya memiliki 2 kamar mandi, 1 pancuran, dan 1 dapur. Tak hanya itu, setiap keluarga akan saling membantu membesarkan anak, patungan biaya untuk sewa tempat dan makanan, berbagi ilmu dan keahlian, serta menjaga satu sama lain.

Bagi orang dewasa, ide berkomunitas seperti itu berarti berbagi kehidupan dengan teman-teman terbaik, sekaligus juga membentuk keluarga besar bagi anak-anak.
“Kami mencoba menjadi satu keluarga besar yang selama ini orang mengatakan tidak akan mungkin,” ujar Gracey Nagle, salah satu dari delapan orang itu.

Ide hidup bersama kelompok itu sebetulnya berawal sejak 2003 saat mereka mulai berbagi rumah sewa. Ketika pemilik rumah menghentikan sewa, beberapa anggota telah meninggalkan rumah tersebut, tapi sisanya tetap tinggal dengan pasangan dan anak-anak mereka untuk tinggal bersama.

Strategi hidup berkelompok juga memberi solusi dari masalah ekonomi. Dalam hal pengasuhan anak, misalnya, mereka bisa saling membantu. Biaya penitipan anak mahal, tapi teman tidak. “Ada nilai ekonomi cukup besar bila semakin banyak orangtua yang bergabung. Seseorang bisa menginfal tugas selama 5 menit bila Anda harus melakukan sesuatu yang lain,” imbuh Nagle.

Secara finansial juga ada penghematan. Satu orang dewasa patungan US$400 per bulan untuk menyewa tempat tinggal dan kebutuhan sehari-hari. Mereka membeli makanan hanya ketika mereka ingat. Mereka juga memiliki mobil meskipun tak seorang pun yakin siapa pemiliknya.

Biaya pengeluaran yang rendah untuk hidup memberi kesempatan para orang dewasa untuk memilih pendekatan berbeda dalam bekerja dan membesarkan anak. “Saya akan pensiun lebih cepat. Gaya hidup saya berbeda, bukan yang dengan tingkat stres tinggi,” ujar Andrea Martin.

Setiap anggota tahu, bila terjadi krisis finansial, mereka dapat meminjam dari anggota kelompok. Tak satu pun merasa tertekan untuk memiliki satu pekerjaan yang bisa melunasi seluruh beban sewa. (Try/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya