Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
ASOSISASI Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) menyatakan tidak hanya industri makanan dan minuman skala menengah besar yang membutuhkan gula rafinasi. Industri Kecil dan Menengah (IKM) juga dinilai butuh gula rafinasi, tetapi tidak mampu memperolehnya.
Direktur Eksekutif AGRI Faiz Ahmad mengatakan para IKM juga banyak mengeluhkan sulitnya memperoleh pasokan gula rafinasi dari pemerintah. Para IKM tidak bisa mendapat akses alokasi gula rafinasi karena adanya kuota impor gula mentah (raw sugar) berdasarkan kontrak antara produsen gula rafinasi dan pelaku industri.
"Kasihan saat mereka butuh. Tapi, industri gula rafinasi lebih mementingkan kebutuhan yang sudah kontrak. Ini yang akan jadi pertimbangan. AGRI sudah menyampaikan ke Kementerian Perindustrian supaya nantinya dipertimbangkan adanya alokasi khusus untuk IKM agar ada kepastian," ucap Faiz dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (8/8).
Dia mencontohkan pengrajin gula merah yang menurutnya membutuhkan gula rafinasi tidak kurang dari 600-700 ribu ton per tahun. Namun, karena alokasi gula rafinasi merupakan kontrak dengan industri makanan dan minuman skala menengah besar, para pengrajin gula merah diklaimnya menjadi kesulitan memeroleh bahan baku.
Karena itu, Faiz menandaskan sudah mempertimbangkan untuk membuat call center untuk para IKM. AGRI berwacana untuk juga menyediakan pasokan gula rafinasi kepada IKM yang membutuhkan. Namun, wacana tersebut masih pelik di antara 11 anggota AGRI sendiri. Belum seluruh anggota AGRI sepakat dengan rencana tersebut.
"Call center masih dibahas karena di kami masih ada yang tidak mau dan ada yang mau. Kan harus komit semua nih karena semua pabrik harus bisa memproduksi untuk IKM," tukasnya.
Saat ini, kata Faiz, pabrik gula rafinasi di Indonesia berjumlah 11 unit dengan total kapasitas produksi sebesar 2,8 juta ton pada 2015. Setiap tahunnya, produksi gula rafinasi naik 5%, sehingga pada tahun ini Faiz memprediksi bisa memproduksi 3,03 juta ton. Seluruh produksi tersebut diberikan kepada industri makanan dan minuman dan farmasi.
"Semester I tahun ini kita sudah produksi 1,5 juta ton. Kapasitas produksi itu sebenarnya belum 100%, hanya 75% karena adanya kuota impor raw sugar, sehingga pengolahannya terbatas," imbuh Faiz.
Di kesempatan yang sama, Kepala Dewan Penasihat Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA) Faisal Basri juga menilai gula rafinasi semestinya harus harus bisa diakses semua industri. Karena adanya sistem kontrak dan kuota impor gula mentah, tidak semua industri mampu memiliki akses untuk membeli gula rafinasi.
"Hanya sebagian IKM yang bisa bentuk kelompok untuk melakukan kontrak pembelian dengan produsen gula rafinasi," tukas Faisal.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) itu juga menilai IKM menjadi terpuruk karena tidak adanya kontrak pembelian. Karena itu, IKM membeli gula rafinasi berdasarkan harga pasar yang fluktuatif.
"Kalau harga gula terus naik seperti sekarang, IKM akan semakin terpuruk. Sementara industri makanan dan minuman besar sudah punya kontrak harga sendiri. Kenaikan harga gula malah semakin membuat kesenjangan IKM dan industri besar makin lebar," cetus Faisal.
Dia pun menilai adanya kuota impor gula mentah sebagai bahan baku gula rafinasi membuat pabrik-pabrik gula menjadi tidak berproduksi penuh. Apalagi pabrik-pabrik gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Karena itu, dia menyarankan pemerintah untuk membiarkan BUMN dan swasta untuk bekerja sama meningkatkan kapasitas pabrik gula yang ada di Tanah Air. Selain itu, manajemen pergulaan harus dibenahi.
"Pemerintah juga harus buat stok gula rafinasi selama satu bulan, kira-kira 300 ribu ton dan gula konsumsi selama dua bulan kira-kira 500 ribu ton supaya stok selalu aman dan harga ga fluktuatif," imbuh Faisal. (X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved