Lada Kian Meredup Akibat Pengaruh Cuaca

Gabriela Jessica Restiana Sihite
08/8/2016 15:09
Lada Kian Meredup Akibat Pengaruh Cuaca
(Antara)

KEMENTERIAN Perdagangan mewanti-wanti perubahan iklim Indonesia yang tidak bisa lagi diprediksi seperti dulu. Perubahan iklim yang demikian ditambah prediksi adanya La Nina tahun ini membuat beberapa komoditas ekspor terganggu. Salah satunya, lada.

Lada Indonesia yang dikenal unggul oleh dunia mesti was-was menghadapi cuaca. Cuaca bisa mempengaruhi jumlah produksi dan kualitas sang bumbu penyedap tersebut.

Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo usai membuka pertemuan International Pepper Community (IPC) ke-44 di Jakarta, Senin (8/8).

Menurut dia lada sudah bukan lagi dianggap hanya sebagai komoditas tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia dan permintaannya selalu meningkat seiring pertumbuhan penduduk.

"Karena itu, kita perlu antisipasi perubahan iklim yang pada gilirannya mempengaruhi kualitas lada. Misalnya lada muntok yang potensial, tapi saat ini belum dikembangkan Indonesia," ucap Iman.

Namun, dia menganggap perubahan iklim yang tidak menentu sejak beberapa tahun terakhir belum mempengaruhi kualitas lada Indonesia. Hanya, jumlah produksi dan ekspor tercatat menurun dari 2014 ke 2015. Produksi turun tipis menjadi sekitar 88.200 ton pada 2015, sementara jumlah ekspor turun dari sekitar 34 ribu ton pada 2014 menjadi 33 ribu ton pada 2015.

Karena itu, Iman mengatakan Menteri Perdagangan akan membuka dialog dengan para pengusaha lada nasional untuk mencari solusi menghadapi perubahan iklim dan La Nina yang diprediksi terjadi tahun ini.

"Kita sebagai anggota IPC juga akan membahas hal ini di antara sesama anggota, yakni dengan Brasil, India, Vietnam, Sri Lanka, dan Malaysia. Kita menyuplai 90% lada dunia dan inginnya memperbaiki produksi pasar kita," tukasnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Deny Kurnia memprediksi sepanjang tahun ini penurunan produksi dan ekspor lada dari Indonesia masih akan terjadi. La Nina yang bakal membuat mayoritas wilayah Indonesia diguyur hujan bisa merusak bunga lada sehingga gagal produksi atau kurang berkualitas.

Namun, dia tidak bisa memprediksi berapa penurunan produksi dan ekspor yang mungkin terjadi dari tahun ini ketimbang tahun lalu. Pasalnya, dari segi permintaan, lada Indonesia masih digemari oleh masyarakat dunia. Apalagi dengan harga yang saat ini sedang bagus, yakni sekitar Rp100 ribu per kilogram (kg) di tingkat petani, petani lada diharapkan makin giat menanam lada.

"Ekspektasi tahun ini, (ekspor) juga tidak akan cukup bagus. Tapi yang penting produksi kita bisa mencukupi kebutuhan atau tidak. Memang ada tendensi sekarang, ada penurunan harga sedikit sejak akhir Juli ini. Mungkin ada semacam gangguan di sisi pelaku pasar. Tetapi mudah-mudahan itu sementara, jadi harga dalam berapa tahun ke depan diharapkan masih tetap stabil pada tingkat yang tinggi," paparnya.

Karena itu, Deny berharap Kementerian Pertanian juga bisa membantu para petani lada dengan memberikan pelatihan. Dia menilai dengan kualitas bibit lada Indonesia yang unggul, baik lada hitam dan lada putih, petani tinggal diberi ilmu untuk menjaga kualitas dan memelihara bibit tersebut.

"Cara bertani dan memelihara bibit sangat penting. Itu harus dipraktekan ke petani supaya petani juga lebih produktif karena sebenarnya dari sisi kualitas, lada kita sudah bagus," imbuh Deny. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya