Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PEMERINTAH diwanti-wanti agar rencana pemangkasan belanja negara jilid kedua tidak mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal II 2016, perekonomian nasional tumbuh 5,18% ketimbang periode serupa pada 2015 (year on year/yoy). Dengan begitu, rerata pertumbuhan ekonomi 5,3% pada kuartal III dan IV dibutuhkan agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2016 bisa tercapai.
“Pemotongan tidak bisa dihindarkan karena ada gap (defisit) di semester I. Makanya Kementerian Keuangan mesti hati-hati dalam menetapkan anggaran sampai akhir tahun,” ucap ekonom BCA, David Sumual, saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (5/8) malam.
Pada semester I 2016, posisi defisit APBN-P 2016 sudah 1,83% dari produk domestik bruto atau Rp230,7 triliun, padahal batas defisit 2016 ialah 2,35%. Salah satu faktornya ialah penerimaan pajak yang masih tersendat.
Menurut David, untuk mengatrol pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus all out agar pemanfaatan program amnesti pajak optimal. Ia pun optimistis target pertumbuhan ekonomi 5,2% masih bisa diraih dengan pemangkasan anggaran bukan di pos yang esensial, seperti infrastruktur. “Lalu, jika dilihat dari stabilitas rupiah kemudian pengaruh dari sedikit rebound commodity prices, ini mendorong kepercayaan konsumen untuk berbelanja. Daya beli yang membaik ini akan membantu pertumbuhan di semester II,” imbuhnya.
Sementara itu, ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai target pertumbuhan 5,2% masih cukup berat jika rencana pemotongan belanja negara sebesar Rp133 triliun jadi diimplementasikan. Namun, peluang tetap terbuka selama pemerintah bisa mendiversifikasi motor pertumbuhan yang masih didominasi konsumsi. “Kita harus andalkan investasi karena itulah pendorong ekonomi yang baik dan berkualitas.”
Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengatakan revisi postur APBN-P 2016 perlu dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan. “Revisi itu perlu dilakukan untuk menciptakan confidence agar tidak jadi instrumen yang memberatkan, tapi mendorong ekonomi,” kata dia.
Sebelumnya, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi 5,18% pada kuartal II melampaui ekspektasi banyak kalangan. Faktor kejutan berasal dari sektor pertanian. “Banyak yang berharap (pertumbuhan ekonomi) 5% di kuartal I, tapi akhirnya cuma 4,92% dan dikoreksi 4,91%. Apa yang meleset waktu itu? Pertanian,” ujarnya saat temu pers di Jakarta, Jumat (5/8).
Namun, seiring dengan musim panen raya, sektor pertanian berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II. Kontribusinya mencapai 14,32%, termasuk sektor kehutanan dan perikanan.
Dalam periode itu, industri pun bergerak positif dan menyumbang 21% bagi pertumbuhan ekonomi.
“Ketika pertanian tumbuh pesat, industri tumbuh pesat, barang yang diperdagangkan menjadi banyak, plus impor barang konsumsi tinggi, lumayan naik,” ujar Suhariyanto. (Tes/Pra/Dro/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved