Industri Syariah Tersandung Biaya

Pra
04/8/2016 06:05
Industri Syariah Tersandung Biaya
(ANTARA/Wahyu Putro A)

INDUSTRi syariah, baik dalam volume maupun nilai, memiliki potensi yang sangat besar di masa mendatang. Namun, industri jenis ini masih terkendala oleh pembiayaan.

Hal tersebut diungkapkan General Manager, Corporate, and Structured Finance of Islamic Development Bank Mohammad Nazeem Noordali dalam sesi diskusi bertajuk Linking Islamic Financing to the Halal Sector dalam 12th World Economic Islamic Forum di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, industri halal tidak sekadar bisnis yang bergerak di sektor makanan, tetapi juga farmasi, perawatan tubuh, mode, bahkan pariwisata. “Halal memiliki dimensi luas. Itu hal yang mengacu ke semua hal yang membawa kebaikan. Bahkan, bisa kita katakan bahwa yang halal itu tidak hanya untuk muslim, tapi juga seluruh umat,” lanjut Nazeem.

Sayangnya, kata dia, potensi industri syariah yang sangat besar itu masih memiliki berbagai kendala, yang terbesar ialah dari segi pembiayaan. “Ini tidak seperti bisnis pada umumnya yang mudah mendapatkan dana dari bank konvensional. Sebagian besar pelaku industri syariah ialah perusahaan rintis yang masih baru berkecimpung dalam dunia bisnis. Jelas mereka tidak bisa mendapatkan pembiayaan dengan mudah,” terang Nazeem.

CEO of PT Ilthabi Rekatama Ilham Habibie mengungkapkan sejatinya investasi yang diberikan untuk perusahaan rintis atau startup ialah investasi syariah. “Walaupun startup tidak disebut syariah, pada dasarnya, dengan mereka jual saham, asset base, tidak punya utang, itu jadi syariah,” jelas Ilham.

CEO of Maarij Capital, perusahaan manajemen keuangan asal Arab Saudi, Akmal Saleem mengungkapkan, untuk dapat menarik investor ke dalam industri syariah, yang terpenting bagaimana para pelaku usaha merencanakan dan mengaplikasikan bisnis mereka dengan baik dan benar. “Itu modal utamanya,” tandasnya. (Pra/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya