Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
OECD sedikit menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023, Rabu (7/6), karena inflasi mereda dan Tiongkok telah mencabut pembatasan covid-19. Namun badan itu memperingatkan pemulihan tetap menghadapi jalan panjang.
Organisasi yang berbasis di Paris itu memperkirakan ekspansi ekonomi sebesar 2,7%. Angka ini naik dari 2,6% dalam laporan sebelumnya di Maret. Peningkatan itu disumbangkan dari Amerika Serikat, Tiongkok, dan zona euro.
Namun, angka itu masih di bawah pertumbuhan 3,3% yang tercatat pada 2022. "Ekonomi global sedang berbelok tetapi menghadapi jalan panjang ke depan untuk mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan," tulis kepala ekonom OECD Clare Lombardelli dalam Economic Outlook OECD.
Baca juga: OECD Naikkan Perkiraan Pertumbuhan Global tetapi Pemulihan masih Rapuh
"Pemulihan akan lemah menurut standar masa lalu," tulis Lombardelli. Perkiraan pertumbuhan untuk 2024 tetap tidak berubah pada 2,9%, kata Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi.
Penurunan harga energi, terurainya kemacetan rantai pasokan, dan pembukaan kembali Tiongkok yang lebih cepat dari perkiraan berkontribusi pada pemulihan. Di antara 38 anggotanya--kelompok eklektik mulai dari Amerika Serikat hingga Jerman, Meksiko, Jepang, dan Selandia Baru--inflasi diperkirakan melambat menjadi 6,6% tahun ini, setelah melonjak menjadi 9,4% pada 2022.
Baca juga: Inflasi Brasil Turun di Bawah 4% sejak 2020
Namun, inflasi inti, yang menghilangkan harga energi dan makanan yang mudah berubah, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Hal ini dapat memaksa bank sentral, yang telah menaikkan suku bunga dalam upaya menjinakkan harga konsumen, untuk terus menaikkan biaya pinjaman. "Bank-bank sentral perlu mempertahankan kebijakan moneter yang ketat sampai ada tanda-tanda yang jelas bahwa tekanan inflasi yang mendasarinya mereda," kata Lombardelli.
James Pomeroy, seorang ekonom di bank HSBC, mengatakan, "Periode yang kita lalui ialah pertumbuhan lambat tetapi itulah yang ingin dilihat oleh para pembuat kebijakan karena kami mencoba untuk mengendalikan beberapa tekanan inflasi."
Pada konferensi pers, Lombardelli mengatakan bank sentral menghadapi keseimbangan yang sulit. "Jelas mereka seharusnya tidak terlalu mengetatkan ke titik yang akan berdampak lebih besar pada pertumbuhan daripada yang diperlukan," kata kepala ekonom baru OECD, yang menjabat bulan lalu.
OECD memperingatkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi di seluruh dunia semakin dirasakan, terutama di pasar properti dan keuangan. "Tanda-tanda stres sudah mulai muncul di beberapa segmen pasar keuangan karena investor menilai kembali risiko dan kondisi kredit semakin ketat," kata laporan itu. (AFP/Z-2)
Saat ini Indonesia telah beralih status menjadi negara aksesi Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sejak peta jalan aksesi Indonesia diterima pada awal bulan ini.
Diharapkan Indonesia menjadi negara maju dan mencapai target Indonesia Emas di 2045 dengan penghasilan tinggi.
Upaya penguatan kerja sama internasional yang dilakukan pemerintah melalui penyampaian intensi untuk bergabung dalam keanggotaan OECD kian menunjukkan kepastian.
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga juga memaparkan ekonomi digital Indonesia yang saat ini mencapai nilai sebesar US$90 miliar dan pada 2025 diharapkan berada dalam kisaran US$130 miliar.
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat persiapan Indonesia menjadi negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Sebanyak 38 negara anggota dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah menyetujui Indonesia masuk kelompok itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved