Ilmu Bisnis Anggap Kegagalan sebagai Proses Belajar

Her/M-2
24/7/2016 11:27
Ilmu Bisnis Anggap Kegagalan sebagai Proses Belajar
(MI/Adam Dwi)

LIANA Sari, 35, tidak pernah mengambil kursus menjahit sebelumnya. Dia hanya pernah melihat kakaknya ketika membuat kerajinan tangan berbahan dasar flannel. Ia lantas mencoba membuat hal yang sama. Dari sana ketertarikannya untuk menjahit berawal. Meski begitu, tidak pernah terlintas di benak perempuan lulusan manajemen ekonomi itu bahwa dia akan mendapatkan sumber penghasilan dari hobinya tersebut.

Namun, itulah yang terjadi sejak 2009, ketika dia melahirkan anak pertama. Perempuan yang kini sudah dikaruniai dua anak itu dilanda kebosanan ketika harus terus di rumah. “Saya biasa kerja, jadi bilang ke suami kalau saya bosan,” kisahnya (20/7).

Dia kemudian memutuskan menjual berbagai aksesori berbahan dasar kain. Tanpa pernah mengambil kursus menjahit, dia nekat membeli mesin jahit. Padahal kala itu, dia cuma bisa menjahit dengan tangan.

Tentu saja, karena perkenalannya dengan dunia jahit-menjahit berawal dari bahan flanel, dia pun awalnya hanya membuat kerajinan berbahan itu.

Baru beberapa tahun belakangan, dia lebih suka menggunakan bahan kain lain. Dengan menggunakan nama usaha Ohlabebe di blog dan berbagai media sosial, termasuk Instagram, Liana memublikasikan produk-produknya. Selain sampul buku berbahan kain, dia membuat kado dan suvenir untuk ulang tahun, pernikahan, arisan, kelahiran bayi, promosi, seminar, dan tahlil.

Kepercayaan pelanggan
Meski nilai keuntungan dari usahanya bisa mencapai Rp5 juta-Rp10 juta per bulan, Liana bisa dibilang belum terlalu gencar melakukan promosi. Dia lebih banyak memenuhi pesanan yang datang ketimbang memang menawarkan produk kreasinya sendiri.

Namun, dia sadar bahwa usaha sepertinya, terutama karena bersifat belanja daring, kuncinya ialah di kepercayaan pelanggan. Untuk itulah, hasil pesanan pelanggan biasa difoto lantas dipublikasikan di berbagai media sosial.

Banyak pelanggan yang justru mendatangkan ide kreasi baru karena pesanan-pesanan khusus. Seperti sampul buku dan kitab dari kain yang dijualnya yang justru ­berawal dari pesanan orang lain. “Ada yang tanya apa bisa buatkan yang seperti itu, saya jawab bisa saja, padahal belum pernah coba,” akunya.

Segalanya dipelajari secara autodidak, bahkan lewat kegagalan. Ketika membuat sampul buku pesanan, dia sempat sudah memotong kain untuk 70 sampul yang dipesan.

Kemudian dia menyadari tekniknya gagal, salah potong semua. Liana terpaksa mengambil kain yang baru untuk membuat ulang sampul buku tersebut. “Ya kursus itu kan mahal, nah kalau aku kursusnya sambil ada orang pesan haha,” pikirnya positif.

Sampul buku kain belakangan ini banyak menarik perhatian karena sangat terbuka untuk pengembangan kreasi. Melapisi buku, Quran, atau kitab diyakini bisa melindungi sampul buku yang mudah rusak. Di sisi lain, sampulnya yang unik pun menjadi daya tarik tersendiri.

Sampul yang proses pembuatannya maksimal tiga minggu, tergantung banyaknya pesanan itu, dihargai dalam kisaran Rp70 ribu dan bisa lebih murah kalau pembelian dalam jumlah besar.

Bagi Liana, penting untuk selalu mengedepankan rasa percaya diri, sesekali nekat, dan harus selalu mau untuk mempelajari hal-hal baru. “Kalaupun tidak jadi untung ya tidak apa-apa, kan kita lagi belajar. Jadi jangan takut salah, jangan takut gagal,” lanjutnya.

Perempuan yang menjalankan usahanya dari rumah di Yogyakarta itu kini banyak melayani pesanan dari Jakarta, Surabaya, Sulawesi, dan Jambi. Ada juga kantor pemerintahan yang pernah memesan suvenir dari Ohlala Bebe miliknya. “Pernah juga ada yang pesan dari Singapura, Australia, dan Eropa, tapi terpaksa saya tolak. Saya belum paham cara pengirimannya kalau ke luar negeri,” akunya.

Meski menggawangi usaha itu sendiri, kini Liana kerap dibantu ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya, untuk memenuhi pesanan pelanggan. “Saya ajari mereka, jadi bisa bantu saat pesanan banyak,” jelasnya.

Ke depan, Liana berniat mengembangkan usahanya dengan lebih profesional. Termasuk di antaranya terkait inisiatif untuk berkreasi dan lebih gencar mempromosikan produk-produknya. (Her/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya