Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
LAYAR laptop menjadi kawan setia Ahmad Ridho setiap harinya. Dari balik layar itulah, dia sibuk mempromosikan buku-buku terbitan Pustaka Compass lewat media sosial. Sesekali bila ada pertanyaan terkait buku, dia pun melayaninya. Mahasiswa jurusan ushuluddin angkatan 2010 di Universitas Islam Negeri, Ciputat itu, salah satu mahasiswa yang menjadi santri di sebuah rumah bercat biru yang berada di Perumahan Ciputat Baru. Rumah tersebut menjadi semacam kantor bagi penerbitan buku indie khusus Islam Nusantara, yakni Pustaka Compass.
Sebelum ada penerbitan buku, Waluyo Iskandar selaku pendirinya sengaja menyediakan rumah untuk mahasiswa muslim berprestasi di sekitar Jakarta yang mau pesantren di sana. Ada kewajiban untuk salat magrib, isya, dan subuh bagi semua santri di sana. Bila hasil tes menyatakan seorang mahasiswa layak untuk menjadi santri, mereka boleh tinggal di sana secara gratis.
Niat memberikan tempat bagi mahasiswa itu tidak terlepas dari masa lalunya sendiri yang banyak ditolong orang ketika sedang berkuliah. Memberikan tempat tinggal bagi orang lain lantas menjadi caranya untuk membalas kebaikan, tapi dengan memberikan kebaikan kepada orang lain.
Ketika Media Indonesia mengunjungi tempat itu pada 16 Juni 2016, tak kurang dari 30 santri masih menetap di sana. Selain mahasiswa UIN, ada juga yang berkuliah di Sekolah Tinggi Administrasi Negara dan Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA.
Mengasah kreativitas
Setelah pesantren di rumah itu berjalan, kemudian muncullah ide untuk membuat penerbitan buku islami untuk mengasah kreativitas dan jiwa wirausaha mahasiswa di sana. Sejak 2013, mereka secara indie fokus menerbitkan buku-buku Islam Nusantara. “Seringkali orang-orang setempat tidak tahu sejarah Islam dan ulama dari daerahnya sendiri, nah lewat buku dari Pustaka Compass, mereka bisa mengetahui itu,” jelas Ridho.
Konsistensi untuk tetap memilih jalur indie menjadikan penerbitan mereka terbilang unik. Pada awalnya, semua penulis tidak lain ialah mahasiswa yang menjadi santri di Yayasan Amal & Sosial Compass Indonesiatama Foundation. Jadi, mereka menulis, lantas mencetaknya sendiri. “Bahkan untuk kover bukunya, ya foto anak-anak sini dengan seolah-olah latar zaman dulu,” ungkap Lala Pramitha, Direktur Operasional Pustaka Compass, sambil terkekeh.
Modal awal mereka mulanya hanya Rp5 juta ditambah utang ke bank yang digunakan untuk membeli mesin cetak. Kegiatan percetakan mereka fokuskan di sebuah rumah di Bogor, dengan melibatkan masyarakat setempat setiap kali ada proyek penerbitan buku. Kini selain utang sudah lunas, mereka juga sudah bisa memiliki mobil operasional. Omzet per bulan mereka bisa mencapai Rp80 juta. Padahal, mereka tidak menjual bukunya lewat toko buku besar. Buku-buku terbitan Pustaka Compass lebih banyak dijual langsung ke sekolah dan pesantren, di toko buku kecil dekat kampus, dan secara daring lewat Facebook, Twitter, Tokopedia, dan Instagram.
“Sebenarnya banyak yang menawarkan ingin menanamkan saham di penerbitan ini, tapi kami tolak, supaya tidak tergantung kepada orang lain,” tandas Lala.
Kado untuk umat
Nyatanya, meski bermain indie, mereka memiliki pasar yang cukup besar. Hal itu, menurut Mohammad Zeini selaku editor konten dan layouter Pustaka Compass, tidak terlepas dari isi bukunya yang memang dibutuhkan pasar yang besar, yakni terutama untuk bahan ajar Islam.
“Islam yang ada di Nusantara ini punya karakter moderat, toleran, dan ramah. Penerbitan kami tidak dibatasi, semua budaya dihargai dan menunjukkan Islam tidak hanya Timur Tengah,” terang Zein.
Hal terpenting bagi mereka, penerbitan buku itu bukan murni bisnis, melainkan dimaksudkan sebagai kado untuk umat. Dari setiap penjualan, 5% selalu dialokasikan untuk yayasan amal dan sosial. Bahkan mahasiswa santri yang membantu pekerjaan di sana tidaklah digaji. Mereka hanya diberi royalti saat buku diterbitkan dan diberi fee yang tak seberapa dan tidak bisa dibilang sebagai bayaran. Betul-betul dilakukan secara mandiri dan berlandas semangat sosial.
Selain buku Islam, bisnis mereka juga menerima usaha cetak buku mandiri, seperti buku yasin, tapi hanya dalam jumlah besar.
Lalu ada juga buku iklan. Lewat sistem tersebut, jasa Pustaka Compass digunakan bagi lembaga yang sudah memiliki konten, tapi dibutuhkan sponsor untuk menerbitkan buku. Biasanya buku-buku demikian ialah proyek kerja sama dengan lembaga yang sudah memiliki nama, reputasi, dan massa pengikut yang banyak sehingga memberikan daya tarik untuk perusahaan untuk mengiklankan buku.
PBNU merupakan salah satu klien yang pernah menggunakan jasa mereka dalam menerbitkan buku dengan sponsor. Lembaga itu mendapatkan buku tanpa harus mengeluarkan biaya, perusahaan mendapatkan media alternatif untuk iklan, sementara Pustaka Compass mendapatkan komisi dari hasil sponsor yang mereka carikan.
Eksistensi Pustaka Compass menunjukkan, dengan pengelolaan yang tepat dan dengan melibatkan orang-orang dengan visi yang sama, usaha yang bersifat indie pun bisa memiliki nilai ekonomi yang besar. Terutama, mereka bisa sukses karena mampu membaca kebutuhan pasar yang tersedia. (M-2)
miweekend@mediaindonesia.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved