Pemerintah Kembali Buka Keran Impor Daging

Andhika Prasetyo
12/7/2016 13:58
Pemerintah Kembali Buka Keran Impor Daging
(ANTARA/NOVA WAHYUDI)

MENTERI Pertanian Andi Amran Sulaiman mengadakan rapat dengan beberapa perusahaan swasta terkait impor daging guna menekan harga di pasar, Selasa (12/7).

"Kami buka impor secondary cut, jeroan juga. Dari negara mana saja yang penting bebas penyakit mulut dan kuku (PMK). Berapa banyaknya, tergantung kebutuhan," ujar Amran seusai rapat di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta.

Amran mengatakan Permentan terkait keputusan impor terbaru sudah keluar dan akan segera ditandatangani. "Ada draf yang masih perlu diubah. Tapi akan ditandatangani hari ini," tuturnya.

Impor daging teranyar kali ini, lanjut Amran, dilakukan khusus untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Jabodetabek. "Karena impor kita 80-90% untuk Jabodetabek."

Kendati lagi-lagi membuka keran impor, Amran menegaskan komitmennya untuk tetap menjaga para peternak lokal. "Impor itu sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Kalau kurang, baru impor. Kalau cukup, tidak impor."

Terkait kebijakan impor daging kerbau dari India yang diprotes beberapa pelaku usaha daging lokal, Amran mengatakan itu sudah menjadi keputusan pemerintah. Pihaknya pun sudah memastikan bahwa daging yang didatangkan dari 'Negeri Bollywood' itu aman untuk dikonsumsi.

"Masih ingat tidak, waktu awal datang daging beku? Orang-orang bilang katanya tidak laku, tapi buktinya berapa ribu ton habis. Sama juga dengan daging kerbau. Gimana caranya nggak laku? Orang pembelinya banyak," cetusnya.

Secara lebih rinci, Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian Banun Harpini mengungkapkan pihaknya sudah melakukan protokol karantina dengan pemerintah dan otoriras karantina India.

"Intinya, kami meminta jaminan daging yang dikirim itu memenuhi persyaratan impor protokol yang dikeluarkan Direktoran Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan," ujar Banun.

Dengan begitu, Banun mengatakan kemungkinan untuk masuknya PMK dari daging asal India sangatlah kecil. "Ada sertifikat yang sudah menjamin bahwa daging yang dikirim adalah daging dengan kondisi sehat.

Lagi pula, daging beku itu risiko penyakitnya lebih kecil karena sudah diproses. Berbeda kalau kita datangkan yang hidup," jelasnya.

Selain itu, tim Dirjen PKH Kementan juga sudah melakukan audit terhadap rumah potong hewan (RPH) di India yang menjadi rekanan impor.

"Kita sudah batasi. Ada sepuluh RPH. Yang diimpor daging yang seperti apa, jenisnya apa, semua sudah diaudit" lanjut Banun.

"Kita selesaikan dulu semua protokolnya. Kalau sudah, mungkin akan mulai dikirim akhir bulan."

Sementara itu, Perum Bulog, instansi yang ditunjuk pemerintah sebagai operator yang melakukan impor mengatakan protes yang dilakukan sejumlah pihak merupakan suatu yang berlebihan.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusmayakti memaparkan bahwa daging kerbau asal India juga menjadi konsumsi warga Malaysia, serta negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Bedanya, di negara-negara tersebut tidak ada penolakan karena masyarakatnya menganggap daging itu sama saja dengan daging lainnya.

"Sebetulnya, konsumen itu hanya diajari oleh orang-orang yang terkadang menurut saya tidak bertanggung jawab. Coba ke Timur Tengah atau Malaysia, yang dimakan itu daging kerbau dan dagingnya dari India," kata Djarot.

Bulog telah mengantongi ijin untuk mengimpor 10 ribu ton daging kerbau asal India. Hingga akhir Juli, ditargetkan sebanyak 9 ribu ton daging sudah masuk ke Tanah Air.

Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana menyayangkan keputusan pemerintah terkait keputusan impor daging kerbau asal India.

Ia khawatir masuknya daging kerbau asal India akan membawa PMK dan membahayakan peternakan lokal.(X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya