Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
BANK Indonesia (BI) kembali merevisi proyeksi pertumbuhan kredit untuk 2016. Sebelumnya pertumbuhan kredit diprediksi ada di angka 10%-12%, kali ini proyeksi berada di kisaran 8%-10% saja.
Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, revisi proyeksi tersebut didasarkan pada capaian pertumbuhan kredit perbankan dari Desember 2015 hingga Mei 2016 yang relatif masih kecil, yakni sekitar 0,3% year to date (ytd).
''Sepertinya cukup sulit mencapai pertumbuhan kredit 12%, paling mungkin 8%-10%,'' kata Mirza dalam acara buka puasa bersama di Gedung BI, Jakarta, Selasa (28/6) petang.
Namun, ia menyakini pada semester mendatang permintaan atas kredit akan meningkat sehingga mengompensasi performa semester I ini. Hal itu karena adanya insentif makroprudensial dari bank sentral, antara lain penaikan batas bawah loan to finance ratio (LFR) dan kebijakan pelonggaran rasio pinjaman kredit dari agunan (loan to value/LTV) untuk kredit pemilikan rumah.
Dari data BI, pertumbuhan kredit perbankan pada April 2016 sebesar 8% year on year (yoy). Angka itu tecatat lebih rendah daripada pertumbuhan kredit pada Maret 2016 yang sebesar 8,7% yoy.
Di tempat terpisah, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pengesahan UU Pengampunan Pajak dapat memompa pertumbuhan kredit perbankan yang sekarang masih relatif lesu. ''Tanpa tax amnesty, penyaluran kredit kami perkirakan tumbuh 10%. Dengan tax amnesty, penyalur-an kredit kami perkirakan 12%,'' ujar Perry.
Namun, lanjutnya, pengaruh signifikan dari tax amnesty baru akan berdampak pada pertumbuhan kredit di 2017.
Kendati BI memasang target konservatif atas pertumbuhan kredit 2016, salah satu bank BUMN, BNI, tetap setia dengan target awal 15%-17%. Dirut BNI Achmad Baiquni mengaku optimistis target itu bisa dicapai perseroan seiring pelonggaran kebijakan dari BI, baik kebijakan moneter maupun makroprudensial. ''BNI tidak ada revisi rencana bisnis bank sebab target yang di pipeline juga sudah besar.'' (Arv/Jay/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved