Fenomena Brexit Pembelajaran FTA

Nuriman Jayabuana
27/6/2016 03:15
Fenomena Brexit Pembelajaran FTA
(ANTARA/M Risyal Hidayat)

HENGKANGNYA Inggris dari Uni Eropa alias Britain exit (Brexit) bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia dalam memegang berbagai komitmen free trade agreement (FTA).

Indonesia tengah menjalin Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang seperti Uni Eropa, sama-sama menerapkan treatment khusus pada pembebasan tarif.

Di samping itu, RI juga masih menjajaki kemungkinan bergabung dalam Trans-Pacific Partnership (TPP) dan European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU-CEPA).

"Ada baiknya kita perbaiki kondisi di dalam negeri dulu supaya lebih siap," ujar ekonom Lana Soelistianingsih di Jakarta, Sabtu (25/6).

Ia mengungkapkan, sebetulnya jika dilihat dari sisi perdagangan, keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa justru mengejutkan.

Pasalnya, selama ini komposisi perdagangan di Uni Eropa lebih banyak menguntungkan 'Negeri Ratu Elizabeth' tersebut.

Sebaliknya, kata Lana, data perdagangan Indonesia sejak dalam MEA menunjukkan defisit perdagangan terhadap sejumlah negara.

"Mulai masuk MEA, perdagangan kita sudah terlihat mulai defisit dengan sebagian besar negara di ASEAN."

Dengan fakta itu, menurutnya, pemerintah perlu mempertimbangkan segala keuntungan dan kerugian secara detail sebelum bergabung ke dalam FTA.

Lana menyarankan pemerintah memastikan berbagai barang ekspor jauh lebih kompetitif ketimbang barang impor.

"Saat ini, barang ekspor kita masih sangat commodity based yang harganya bergantung pada pasar."

Senada, Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Chris Kanter mengungkapkan pasca-Brexit, pemerintah perlu lebih detail menimbang setiap untung-rugi masuk ke kemitraan dagang multilateral.

Ia mengungkapkan perlakuan setiap negara akan semakin cenderung proteksionis setelah hengkangnya Inggris dari Uni Eropa.

"Brexit itu akan berdampak pada negosiasi yang masih dilakukan Indonesia, baik dengan EU maupun TPP. Setiap negara akan berubah attitude-nya menjaga kepentingan dampak populisnya di dalam negeri," jelasnya.

Chris sepakat kegamangan global dari Brexit hanya bersifat sementara.

Namun, pemerintah perlu merespons gejala itu dengan kebijakan tepat.

Ekonomi terjaga

Bank Indonesia menilai ketahanan ekonomi domestik cukup terjaga di tengah tekanan eksternal sebagai dampak Brexit.

"Stabilitas makroekonomi terjaga terlihat dari laju inflasi yang rendah, penurunan defisit transaksi berjalan, dan nilai tukar rupiah yang cenderung dalam rentang aman," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan pers di Jakarta, kemarin.

Dalam jangka menengah, dampak di pasar perdagangan juga diyakini relatif terbatas.

Menurutnya, pangsa ekspor Indonesia ke Inggris hanya sekitar 1% dari total ekspor Indonesia.

Akan tetapi, dampak lanjutan dari terganggunya hubungan UK-Eropa perlu dicermati, mengingat pangsa ekspor Indonesia ke Eropa, selain Inggris, mencapai 11,4% di 2015.

"Bank Indoensia akan terus mencermati potensi risiko yang muncul dari hasil referendum di Inggris dan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memantau perkembangan global," ujar Tirta. (Ire/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya