Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PEKAN lalu, untuk pertama kalinya, sebuah apartemen mini di New York, Amerika Serikat, mendapatkan penyewa.
Apartemen yang disebut Carmel Place itu awalnya merupakan sebuah desain ruangan yang memenangi kompetisi hunian mini yang disponsori New York City Department of Housing Preservation and Development, pada 2013 silam.
Sejak saat itu, hunian kecil tersebut terus berkembang dan akhirnya dipasarkan secara luas dalam bentuk apartemen.
Terletak di tengah-tengah hiruk-pikuk New York, Carmel Place terlihat sangat manis.
Para kritikus hunian, komunitas arsitektur, dan para pembuat kebijakan menyebut bangunan tersebut bagaikan sebuah tema yang mencampurkan unsur perubahan demografi dengan budaya baru, yang menghasilkan hunian memikat.
Kendati memiliki ukuran mini, biaya sewa Carmel Place atau yang sebelumnya dijuluki My Micro NY cukup tinggi.
Penyewa harus merogoh kocek US$2.446 (sekitar Rp33 juta) hingga US$3.195 (Rp43,1 juta) per bulan.
Namun untuk masa promosi, sebanyak delapan hunian telah disiapkan untuk para pejuang perang dan 14 ruangan lainnya didesain untuk harga yang terjangkau.
Jacqueline Schmidt, Direktur Desain Ollie, sebuah perusahaan jasa mebel yang melengkapi Carmel Place, menilai harga tersebut masih terbilang rasional, mengingat semua desain, seperti kasur yang bisa dilipat ke dinding, merupakan satu hal yang baru.
Bagian dapur memiliki luas yang paling besar, hampir memakan seperempat hunian.
Tidak hanya dilengkapi furnitur mewah, hunian yang hanya memiliki luas 25 meter persegi itu juga dilengkapi akses internet dan wi-fi, bahkan jasa penatu.
Dengan seluruh fasilitas yang ada itu, Schmidt mengungkapkan hunian mikro itu sesuai untuk generasi millennial.
Membuat sebuah hunian dengan ukuran mini memang sudah menjadi impian Schmidt dan suaminya, David Friedlander.
Dulu, keluarga kecil itu tinggal di sebuah rumah dengan luas 365 meter persegi, tapi karena kondisi finansial yang memburuk, Schmidt menjual rumahnya dan pindah ke apartemen seluas 205 meter persegi.
"Saya melihat apa yang ada di sana tidak sesuai, di situlah saya mulai mendesain semuanya sendiri," ucapnya.
Kendati demikian, ide itu bukanlah murni hasil pemikiran Schmidt.
Semua desain tersebut, ia pelajari dari Eric Klinenberg, Direktur dan Profesor Sosiologi Institute for Public Knowledge di New York University.
"Dalam bukunya, ia menjelaskan kehidupan para lajang perkotaan yang lebih suka tinggal sendiri di lingkungan yang juga dipenuhi dengan orang-orang setipe seperti mereka," ujarnya. (Pra/NYTimes/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved