Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Kenaikan harga telur disebut terjadi akibat kenaikan harga pakan ayam petelur. Hal itu diungkap Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Andrian Lame Muhar. Andrian mengungkapkan mayoritas bahan pakan ayam selama ini masih dicukupi dari impor sehingga secara otomatis mengikuti harga internasional.
"Pendorong naik harga tersebut mungkin pakan, menurut info kawan peternak, pakan ternak seperti jagung masih impor," ungkapnya dalam pernyataan tertulis.
Andrian juga mengapresiasi upaya pemerintah untuk mencukupi pangan ternak dengan mengandalkan pasokan dalam negeri. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu wilayah yang diproyeksikan bisa memasok jagung untuk pakan. Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menstabilkan harga telur.
"Kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga telur sangat baik, mudah-mudahan langkah kongkritnya bisa dilaksanakan dengan cepat," terusnya.
Para pedagang pasar tidak bisa berbuat banyak terkait kenaikan harga telur. Andrian menjelaskan pedagang pasar mengikuti harga komoditas yang masuk ke pasar. Artinya, jika harga barang masuk sudah tinggi, pedagang pun mengikutinya dengan menaikkan harga jual.
"Kami para pedagang pasar sistemnya linier, dari peternak sudah tinggi, pasti masuk ke pasar juga tinggi, jadi pedagang pun akan menjual tinggi. Jadi dampaknya konsumen akan berteriak jika pedagang menjual tinggi. Yang jadi terkendala jika konsumen berteriak, maka omzet pedagang akan menurun, para penggemar telur mungkin beralih ke protein nabati tidak ke telur lagi," terusnya.
Meski demikian, Andrian menuturkan dampak kenaikan harga telur tidak berdampak pada semua pedagang telur. Hal itu disebabkan tidak semua pasar yang mengalami kenaikan harga telur ayam.
"Tidak semua pasar mengalami hal tersebut. Karena setiap pasar kisaran harga jualnya berbeda- beda, jika yang menjual tinggi otomatis omset akan menurun," terangnya.
Andrian juga mengaku telah berkomunikasi dengan komunitas penjual makanan. Menurutnya, para penjual makanan juga mengurangi belanja telur lantaran kenaikan harga.
"Saya juga bertanya kepada komunitas warteg, kata mereka mulai mengurangi pembelian telurnya, dari komunitas kawan- kawan rumah makan padang juga seperti itu, otomatis omset pedagang menurun, tapi bagi konsumen rumah tangga yang menengah keatas tetap di beli saja," ujarnya.
Oleh karena itu, Inkoppas mendukung upaya pemerintah dalam mengoptimalkan pasokan pakan ayam dari dalam negeri untuk menurunkan harga telur ayam.
"Saya optimis pemerintah bisa menurunkan harga pakan sehingga biaya produksi ayam petelur kita bisa murah," pungkasnya. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved