Rantai Pasok Daging Dipotong

Andhika Prasetyo
14/6/2016 06:30
Rantai Pasok Daging Dipotong
(ANTARA/Puspa Perwitasari)

PERMASALAHAN pangan, khususnya fluktuasi harga, bak menjadi momok menakutkan bagi negeri ini.

Setiap tahun, menjelang Ramadan dan Lebaran, harga yang tidak stabil selalu menghantui pemerintah dan masyarakat, tidak terkecuali tahun ini.

Pemerintah hingga kini masih harus berpikir keras untuk bisa menemukan solusi guna menurunkan harga daging.

Selain terus melalui operasi pasar hingga harga komoditas utama itu menyentuh target di bawah Rp80 ribu rupiah, pemerintah juga melakukan sinergi dengan BUMN dan kini memperluasnya dengan menggandeng swasta.

"Sebelumnya kita sudah bersinergi dengan BUMN. Sekarang kita juga sinergi dengan swasta. Kita gandeng dua-duanya," ujar Menteri Pertanian Andy Amran Sulaiman, di Jakarta, kemarin.

Pemerintah kini melakukan terobosan baru lewat bekerja sama dengan tempat penggemukan sapi (feedloter) dan meminta mereka untuk langsung mendistribusikan daging kepada koperasi dan Toko Tani Indonesia.

"Kita gandeng feedloter. Mereka kan punya sapi. Kita buat daging dari feedloter ini langsung masuk ke koperasi dan masyarakat. Kemarin kita sudah bertemu beberapa feedloter. Ada perkembangan yang sangat menarik. Mereka bilang harganya bisa turun."

Dari pertemuan itu, Amran mengatakan, feedloter bisa memberikan harga daging di kisaran Rp35 ribu sampai Rp37 ribu per kilogram daging sapi hidup.

"Saat ini baru empat sampai lima feedloter. Butuh waktu memang. Tapi setidaknya beri kesempatan kepada pemerintah untuk memotong rantai pasok ini untuk menata pasar yang baru," ujar Amran.

Ia juga mengatakan akan menugasi rumah potong hewan (RPH) yang dikelola BUMN untuk membantu memotong rantai pasok.

"Seperti Berdikari. Semua yang ada kita optimalkan."

Amran optimistis upaya itu akan berhasil menstabilkan harga daging dalam jangka panjang.

"Kita yakin garis horizontal untuk daging sapi di pedagang lokal akan tercipta. Selama ini, garisnya vertikal. Maksudnya adalah rantainya terlalu panjang. Dari petani atau peternak ke konsumen itu sangat panjang. Itu membuat harga tinggi."

Di sisi lain, pengamat ekonomi Hendri Saparini meragukan efektivitas impor daging yang dilakukan pemerintah.

Ia tidak yakin itu bisa menjadi solusi menekan harga daging sapi sebab daging impor beku hanya akan digelontorkan di beberapa pasar di Indonesia sehingga warga di pelosok tidak bisa mendapatkannya dengan harga Rp80 ribu per kg.

Kalaupun ada operasi pasar besar-besaran, dia pesimistis daging sapi beku dengan harga murah akan menyentuh seluruh pasar di Indonesia.

"Ini hanya sporadis saya lihat. Kalaupun ada OP besar-besaran, paling hanya 50 titik. Tidak bisa seluruh wilayah. Makanya, kebijakan seperti ini harus terstruktur," ucapnya dalam sebuah diskusi, di Jakarta, kemarin.

Pemangkasan

Di sisi lain, Komisi IV DPR menyetujui pemotongan anggaran Kementerian Pertanian yang sebelumnya Rp31,51 triliun menjadi Rp27,58 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN-P) 2016.

Anggota Komisi IV DPR RI Herman Khaeron meminta penghematan anggaran yang terjadi jangan sampai memengaruhi kinerja Kementan.

"Kita tahu kondisi sekarang. Tantangan pangan ke depan akan semakin keras. Kebutuhan pangan akan semakin besar, sementara lahan akan semakin sempit. Di sinilah produktivitas menjadi keniscayaan," ujar Herman seusai rapat kerja Komisi IV DPR dengan Menteri Pertanian di Jakarta, kemarin.

Tidak hanya Anggaran 2016 saja yang mengalami pemangkasan, pagu indikatif APBN Kementan 2017 juga mengalami penyusutan menjadi Rp25,9 triliun. (Jes/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya