Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PERAN kelapa sawit terhadap nilai perekonomian Indonesia tak boleh dipandang sebelah mata.
Tahun lalu, melalui ekspor komoditas dan berbagai produk turunannya, industri kelapa sawit mampu menyumbang devisa sebesar US$18,5 miliar.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono, mengatakan industri itu bahkan masih merupakan penyumbang terbesar bagi ekspor nonmigas Tanah Air.
"Meski tahun lalu turun dari biasanya yang menyumbang US$21 miliar-US$22 miliar per tahun, industri kelapa sawit masih menjadi kontributor terbesar dalam ekspor nonmigas," ucap Joko dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (10/6).
Malah, kata dia, jika dibandingkan dengan ekspor migas tahun lalu, devisa industri kelapa sawit lebih unggul dengan beda yang tipis. Ekspor migas tahun lalu mencapai US$18 miliar.
Dengan melihat hal itu, Joko pun masih optimistis melihat masa depan industri kelapa sawit.
"Jadi, sawit sudah bukan hanya sebagai penyumbang terbesar nonmigas, tetapi juga (penyumbang terbesar) ekspor secara nasional," cetusnya.
Selain menjadi penyumbang terbesar untuk ekspor nasional, lanjut Joko, industri kelapa sawit hingga saat ini menjadi sektor yang mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan petani, serta mampu mendukung terhadap pembangunan daerah.
"Oleh karena itu, tidak salah jika dikatakan industri sawit merupakan industri yang sangat penting bagi Indonesia," katanya.
Joko pun berharap tahun ini industri sawit bisa memberikan devisa yang besar ke penerimaan negara.
Sekadar catatan, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia selama kuartal I 2016 telah mencapai 8,23 juta ton atau naik sekitar 4,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Petani sawit
Namun, di balik peran pentingnya terhadap perekonomian nasional, ada beberapa tantangan yang mesti dihadapi industri kelapa sawit.
Salah satunya kampanye hitam antisawit yang dilakukan kelompok-kelompok tertentu.
Kampanye hitam itu dinilai sudah menjadi isu internasional dan sangat merugikan pelaku usaha kelapa sawit.
"Selalu dibilang deforestasi, penyumbang emisi gas rumah kaca, pemicu konflik sosial, dan perusak lingkungan. Ini bakal menjadi tantangan terbesar kami," ucap Joko.
Sementara itu, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menekankan pentingnya pengembangan industri sawit dari segala lini, termasuk mendorong pelaku usaha sektor itu di kelas mikro, kecil, dan menengah.
"Sekarang bagaimana memajukan UMKM. Salah satunya adalah kita mengusulkan adanya Tani Sawit Mandiri," kata Ketua KEIN Soetrisno Bachir, pekan lalu.
Menurut dia, petani sawit mandiri harus betul-betul diadakan dengan dukungan pemerintah melalui distribusi pengusahaan lahan sawit.
"Sekarang ada satu perusahaan yang menguasai sekian juta hektare lahan sawit, sementara petani tidak memiliki lahan. Karena itu, perlu program agar petani memiliki lahan sendiri agar mereka mandiri. Harus ada program pemerintah yang bukan wacana saja," kata Soetrisno. (Ant/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved