Pemerintah Akui Terlambat Tangani Soal Harga Sapi

Rudy Polycarpus
08/6/2016 19:33
Pemerintah Akui Terlambat Tangani Soal Harga Sapi
(MI/BARY FATHAHILAH)

PERSOALAN harga pangan yang tak kunjung normal menjadi perhatian utama Presiden Joko Widodo dalam sepekan terakhir. Presiden berkali-kali memanggil Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong.

Di Istana Negara, Jakarta, Rabu (8/6) selain Amran dan Thomas, Presiden juga memanggil Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution serta Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Pertemuan tersebut berlangsung selama dua jam.

Seusai menghadap Presiden, Thomas Lembong mengakui kebijakan pemerintah untuk menekan harga daging sapi hingga Rp80 ribu/kg sudah terlambat. Pasalnya, sejak November 2015 Presiden sudah mengingatkan bahwa harga daging saat itu terlalu tinggi. Saat itu, meminta kementerian terkait untuk melakukan persiapan antisipatif dan direncanakan sejak jauh hari.

"Memang dengan sangat menyesal harus saya akui bahwa dalam pelaksanaannya tidak optimal. Kendalanya ada pada koordinasi dan kepatuhan pada keputusan yang sudah diambil," ujar Thomas.

Meski waktu yang tersisa sangat pendek untuk menekan harga daging hingga Rp80 ribu seperti yang diperintahkan Presiden, Thomas mengatakan pemerintah sudah menyiapkan sejumlah kebijakan. Misalnya, mengizinkan swasta mengimpor daging bersama BUMN.

Swasta diberi jatah impor sebesar 20 ribu ton. Adapun jatah BUMN lebih kecil, yakni 15 ribu ton. Sebelumnya, hanya BUMN yang boleh mengimpor daging. Untuk negara asal daging, Thomas mengimbau agar importir tidak hanya bergantung kepada Australia. Namun juga kepada negara lain, yang tentunya sudah memenuhi syarat yang ditentukan.

"Selain daging sapi, kami fokus juga pada bawang merah, beras, serta gula. Kalau beras, kita sudah optimal, tidak seperti sapi. Sekarang cadangan beras bulog 2.1 juta ton," tandasnya.

Menteri Amran mengatakan bahwa dirinya melaporkan harga untuk ayam, beras, cabai dan minyak goreng masih stabil. "Minyak goreng kan stok kita 1,8 juta ton kebutuhan kita 400 ton, artinya stok kita 4 kali lipat, ayam 2 kali lipat, beras 2 kali lipat, jadi stok kita aman," paparnya.

Akan tetapi untuk daging sapi, harganya masih sangat tinggi. Begitu juga dengan bawang merah dan gula. Pemerintah masih mencari solusi untuk meredam lonjakan harga selain kebijakan impor. "Diminta dipantau terus oleh presiden. Solusi jangka pendek adalah saya dengan menteri perdagangan memotong rantai pasok, dan membangun toko tani Indonesia," ujar Amran. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya