Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MENDEKATI Ramadan, pemerintah terus memantau pergerakan harga beberapa komoditas pangan tertentu secara intensif. Tujuannya, agar tren lonjakan harga dapat segera dicegah dan tidak terus melambung jauh dari tahun ke tahun.
“Memang kalau dibandingkan secara bulanan, naik turunnya (harga) sedikit. Tapi kalau dibandingkan dengan tahun lalu, jauh sekali naiknya,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin seusai rapat di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, kemarin.
Ia mengumpamakan harga bawang yang kini berkisar Rp41 ribu per kg. Padahal, periode yang sama 2015 harganya masih di bawah Rp30 ribu per kg. Artinya, lonjakan harga mencapai 46% ketimbang setahun lalu. Harga daging sapi juga naik signifikan dari tahun ke tahun. “Target pemerintah tak bisa sekadar pengendalikan harga dari bulan ke bulan. Karena kalau lihat perubahan harga secara year-on-year (yoy), banyak (komoditas) yang jauh naiknya,” ujarnya.
Suryamin mengatakan kenaikan harga sejumlah komoditas pangan lain, seperti beras, menjelang bulan puasa dan Lebaran berpeluang mengerek naik inflasi. “Untungnya, harga beras turun walau cuma 1 koma sekian persen (pada Mei). Jadi secara umum harga volatile food cukup terkendali month to month, tapi year on year masih banyak yang cukup tinggi naiknya.”
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menilai, fluktuasi harga sejumlah komoditas pangan menunjukkan manajemen stok pangan belum tertata dengan cukup baik. “Sekarang harga masih tinggi. Suplai ada, tapi kalau harga terus tinggi, berarti ada yang tidak pas atau memang produksi kurang,” tuturnya di tempat sama.
Sebagai jalan keluar, ujar dia, pemerintah akan membuka keran impor. ”Kalau harga sudah terlalu tinggi, memang impor diperlukan untuk semua komoditas.”
Pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin mengungkapkan kenaikan harga pangan saat Ramadan dan Lebaran umumnya terjadi karena permintaan ikut melonjak. Jika kenaikan harga sudah berlebihan, itu mestinya bisa diatasi dengan operasi pasar dan penambahan stok pangan.
Namun, ia menegaskan pemerintah perlu fokus pada pekerjaan rumah agar tidak turut melanggengkan fluktuasi harga pangan. Pekerjan rumah itu ialah pembenahan manajemen stok pangan nasional. “Kalau manajemen stok tidak berjalan baik, pasti nantinya ada kenaikan harga tajam. Kalau bisa diantisipasi, mungkin pergerakannya tidak akan begitu signifikan,” ucapnya.
Pemerintah sendiri punya PR lain juga untuk menyelaraskan data. Umpama soal bawang, meski kementerian lain mengisyaratkan impor, Menteri Pertanian mentah-mentah menolak usul itu.
Inflasi
Dalam kesempatan lain, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung mengungkapkan inflasi Mei 2016 relatif kecil. “Masih sekitar 0,1% lah inflasi. Kemarin habis deflasi. 0,1% kan kecil masih di bawah 4% yoy,” ungkapnya.
Ia mengatakan regulator akan mengerahkan berbagai upaya agar inflasi tetap terkendali selama Ramadan dan Lebaran. Tahun lalu, ujarnya, pengendalian inflasi, terutama pada kelompok volatile food, cukup baik. Itu terlihat pada inflasi Juni dan Juli 2015 yang hanya 0,54% dan 0,93%. Adapun inflasi Januari-April 2016 ialah 0,16%. “Semua upaya baik di pusat maupun di daerah, TPID (tim pengendalian inflasi daerah), semua dikerahkan untuk kendalikan agar harga-harga tidak naik jelang Lebaran,” kata Juda. (Ire/Ant/E-2)
nuriman@mediaindonesia.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved