Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
DI bawah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, Indonesia saat ini menjadi negara produsen dan eksportir kopi terbesar keempat dunia.
Dalam upaya untuk terus meningkatkan produksi dan ekspor kopi yang dapat mendorong devisa negara serta pendapatan petani, pemerintah, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian (Kementan), melakukan terobosan-terobosan, salah satunya dengan kopi luwak spesial probiotik.
Selama ini, kopi luwak merupakan kopi yang dihasilkan dari biji yang telah melalui proses pencernaan luwak (Paradoxurus Hermaphrodirus). Secara tradisional, kopi luwak diperoleh dengan mengumpulkan biji kopi fermentasi yang telah dikonsumsi luwak dan dikeluarkan dalam bentuk kotoran.
Namun kini, Balitbangtan telah menemukan inovasi untuk memproduksi kopi luwak tanpa melalui proses pencernaan luwak.
"Banyak hal dilakukan pemerintah, mulai dari perluasan luas area lahan kopi hingga mengembangkan penelitian-penelitian. Dari penelitian, kita dapatkan kopi luwak probiotik," ujar Kepala Balitbangtan Muhammad Syakir.
Kopi luwak probiotik, yang ditemukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bali, menggunakan mikroba probiotik yang diisolasi dari saluran pencernaan luwak.
Dengan teknik tersebut, papar Syakir, dapat diproduksi kopi luwak probiotik yang cita rasanya setara dengan kopi luwak alami.
"Tentunya dengan bahan baku kopi petik merah yang terseleksi ketat."
Kopi luwak probiotik juga dianggap lebih mudah dipoduksi dan ramah terhadap luwak.
"Kopi luwak selama ini sulit dikembangkan karena bergantung pada hewan luwak. Kita sulit mendorong jumlahnya. Tidak di semua tempat luwak bisa berkembang dengan baik. Tapi, dengan inovasi baru ini, kita temukan cara hasilkan kopi luwak tanpa harus melalui luwak," jelas Syakir.
Adapun Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, yang juga merupakan inovator kopi kuwak probiotik, Suprio Guntoro mengatakan biaya produksi kopi luwak probiotik jauh lebih murah dibanding kopi luwak konvensional.
"Kalau pakai luwak biayanya sangat mahal karena kita terus melakukan perawatan kepada hewan tersebut. Panen kopi tidak sepanjang tahun, tapi kita harus memberi makan luwak sepanjang tahun," tutur Suprio.
"Jika kita produksi satu ton, biaya kopi luwak probiotik bisa lebih murah hingga seperempat kali dibandingkan kopi luwak alami."
Suprio juga beranggapan selama ini sebagian orang mengaku enggan mengonsumsi kopi luwak karena merasa jijik dengan proses produksinya.
"Sekarang tidak lagi perlu merasa seperti itu."
Mengingat teknik yang masih baru dan terus dalam tahap pengembangan, Suprio mengatakan target produksi di tahun pertama hanya satu hingga dua ton kopi luwak probiotik.
"Ini juga menghitung masa panen yang baru mulai Juli nanti," paparnya.
Kendati demikian, pihak Balitbangtan sudah membuka kesempatan pihak luar untuk bekerja sama untuk memproduksi dan membawa kopi luwak probiotik ke ranah industri yang lebih besar.
"Selama ini, kopi luwak probiotik baru dipasarkan di pameran-pameran saja. Itu untuk mengenalkan kepada publik bahwa ada kopi luwak yang diproduksi secara berbeda," imbuh Suprio.
Saat di pameran, ia mengatakan harga kopi luwak robusta bisa mencapai Rp100 ribu per ons.
"Mereka, para peminat, sama sekali tidak keberatan dengan harga tersebut. Makanya kita akan segera lempar ke industri."
Dengan luas lahan 1,3 juta hektare, pada 2015 produksi kopi di Indonesia secara menyeluruh mencapai 550 ribu ton. Dari jumlah itu, sebesar 350 ribu ton diekspor dengan nilai US$1,19 miliar.
Pemerintah menargetkan produksi kopi pada tahun ini mencapai 900 ribu hingga 1,2 juta ton.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved