Hemat Listrik Dimulai dari Lini Terkecil

Tesa Oktiana Surbakti
15/5/2016 14:07
Hemat Listrik Dimulai dari Lini Terkecil
()

MASYARAKAT yang hidup di kota besar seperti Jakarta rasanya amat jarang mengalami gelap gulita ketika sang fajar tenggelam. Berbeda dengan mereka yang hidup di wilayah terpencil di mana listrik merupakan barang mewah yang sulit untuk dirasakan.

Akan lebih bijak rasanya masyarakat yang tinggal di berbagai wilayah konsumen terbesar listrik mulai menerapkan hemat energi. Karena sekecil apapun upaya penghematan akan berdampak besar jika dilakukan secara menyeluruh.

Hal itu lah yang digaungkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said. Sedari pagi, pria asal Brebes, Jawa Tengah tersebut, tampak semangat mengikuti rutinitas warga Ibu Kota berolahraga setiap hari Minggu, atau yang dikenal Car Free Day (CFD). Sudirman tidak sendiri, dia ditemani sejumlah rombongan dari berbagai elemen dengan berkaos merah dan biru, lengkap dengan atribut kampanye "Gerakan Potong 10%". Itu merupakan upaya Pemerintah untuk mensosialisasikan hemat energi yang dimulai dari hal yang paling mudah di kehidupan sehari-hari.

"Misalnya matikan lampu saat ke luar ruangan, matikan televisi saat digunakan, print kertas bolak-balik, matikan perangkat elektronik saat tidak digunakan, tutup kulkas dengan rapat dan jaga suhu AC tidak lebih dari 25 derajat atau matikan saat tidak digunakan," ujar Sudirman begitu kembali ke Kantor Kementerian ESDM, Minggu (15/5).

Target utama aksi nasional ini, sambung Sudirman, ialah penghematan konsumsi energi hingga 10%. Tidak ingin dianggap sekedar kampanye semata, pihaknya juga melibatkan peran perusahaan jasa energi, berikut menggerakan Penggerak Energi Tanah Air (PETA) ke seluruh wilayah tanah air. Bahkan turut mendorong efisiensi energi ke dalam kurikulum pendidikan dasar. Kampanye hemat energi dikatakannya meliputi 11 provinsi dan 20 kota yang merupakan konsumen listrik terbesar. Selain Jakarta, kampanye menyasar ke Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Lampung, Semarang dan Makassar.

"Kita kampanyekan terus, harus masif. Karena untuk ubah paradigma masyarakat bahwa energi itu mahal, sehingga mari kita hemat dengan baik," jelas dia yang menekankan untuk menghadapi fenomena krisis energi terdapat tiga hal utama yang menjadi pekerjaan besar, yakni eksplorasi, diversifikasi dan konservasi energi.

Sudirman mengakui selama ini upaya konservasi energi kurang mendapat atensi. Padahal, konservasi energi sejalan dengan paradigma pengelolaan energi global yang menempatkan penghematan energi sebagai sumber energi pertama dan diikuti oleh energi sumber energi baru dan terbarukan (ebt), minyak bumi, gas bumi dan batubara. Menurutnya konservasi energi lebih mudah dilakukan ketimbang memproduksi energi. Ibaratnya, menghemat 1 kilo watt hour (kWh) lebih mudah dibandingkan memproduksi 1 kWh. Sudirman mengestimasikan gerakan potong 10 persen setara penghematan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 3,5 giga watt (GW).

"Sedangkan PLTU berkapasitas 3,5 GW itu investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 43 triliun. Kalau disamakan fasilitas produksi minyaknya sama kayak fasilitas Cepu," imbuhnya. Berdasarkan data statistik PLN 2014 total energi yang terjual adalah sekitar 200 TWh. Sebanyak 93% atau 187.175 Gwh, dikonsumsi dari sektor rumah tangga, industri dan bisnis.

Pemerintah juga mendorong penerapan konservasi dan efisiensi energi di sektor industri, bangunan atau gedung juga fasilitas publik. Hal itu dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM tentang Energi Service Company (ESCO). Mantan Direktur Utama Pindad ini mengatakan gerakan konservasi energi sudah mutlak dilakukan di sejumlah negara, termasuk negara tetangga Singapura dengan Clean and Green Singapore yang bertujuan meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan dan gaya hidup bersih. Kemudian di Cambridge, Inggris, telah menerapkan konsep "A city of cycling atau kota ramah sepeda", yang menggencarkan budaya bersepeda.

“Di negara lain gerakan konservasi energi sudah melekat dan menjadi budaya. Tapi saya rasa tidak ada kata terlambat bagi kita untuk menghemat energi”, pungkas dia.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya