Kreativitas di Semangkuk Es Krim Sahabat

Dero Iqbal Mahendra
11/5/2016 12:00
Kreativitas di Semangkuk Es Krim Sahabat
(MI/Duta)

SIAPA yang tidak tahu daun kemangi? Daun beraroma dan rasa yang khas itu biasanya menjadi lalap pelengkap sajian pecel lele atau pecel ayam.

Siapa sangka ternyata daun kemangi tak hanya terbatas sebagai pelengkap sajian, tetapi juga bisa menjadi bahan utama dalam es krim buatan tangan ibu-ibu PKK di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (Pali) di Sumatra Selatan (Sumsel).

Ibu Ida Martini, 47, ialah salah seorang anggota kelompok kerja (pokja) III Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang turut ambil bagian dari pembuatan es krim homemade tersebut. Ida merupakan salah seorang dari tiga orang lainnya yang mengusahakan pembuatan es krim tersebut yang baru dimulai sejak Februari lalu.

"Ini kita buat sendiri, namanya es krim Sahabat. Bahannya dari susu murni, kita ada peternakan sapi perah. Juga, dicampur dengan buah segar," terang Ida saat ditemui di tempat pembuatan es krim Sahabat di Kabupaten Pali di Sumsel, Kamis (5/5).

Ia mengaku proses pembuatan es krim masih sederhana. Waktu pengerjaannya sendiri juga tidak memakan waktu lama tanpa ada proses yang rumit, sebab hanya menggunakan mixer. "Susunya sendiri sudah kita masak dan kita simpan, jadi begitu akan digunakan tinggal langsung di olah saja," terang Ida.

Salah satu varian es krim itu ialah es krim dengan rasa kemangi di samping kopi, duren, kacang hijau, dan kacang merah. "Kemangi itu ciri khas kita di sini, ini sangat diminati di sini dan ini asli menggunakan daun kemangi. Kita memiliki kebun kemangi sendiri, jadi kita coba buat rasa kemangi," terang Ida.

Untuk harganya, ia mengaku tidak membanderolnya dengan harga mahal, pembeli cukup merogoh kocek dari Rp2.500 hingga Rp10.000 untuk bisa menikmati semangkuk es krim.

"Umumnya anak muda yang setiap sore datang dan nongkrong di sini karena kita menyediakan free wi-fi dan beberapa saung yang bisa digunakan pengunjung."

Dari segi modal, ia mengaku tidak mengeluarkan modal yang besar sebagai modal awalnya.

"Modal awalnya berasal dari kas pokja III. Modal awalnya sendiri tidak banyak, hanya Rp500 ribu awalnya. Penjualan per harinya sendiri bisa mencapai Rp500 ribu hingga Rp1 juta. Dengan modal tersebut, hingga saat ini keuntungan kita sudah mencapai hampir sekitar Rp12 juta dalam tiga bulan ini.

Saat melihat kreativitas dari ibu-ibu PKK tersebut, Direktur Pengembangan Usaha Ekonomi Desa Kementerian Desa Sugeng Riyono mengungkapkan dirinya menjanjikan akan menyewakan kios untuk berjualan di Thamrin City yang akan digratiskan sewanya selama satu tahun untuk berjualan di Jakarta nantinya. (Dero Iqbal Mahendra/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya