Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
BERAWAL dari kesulitan mencari transportasi umum, Kristanti Wisnu Aji Wardani, akrab disapa Inu, dan Armely Meiviana alias Mel menjalankan bisnis rental sepeda yang kemudian berkembang menjadi tur jelajah bersepeda Si Woles serta wisata arkeologi Jaladwara.
Sore di sebuah rumah di antara gang sempit di Jalan Tamansiswa, Kota Yogyakarta, Media Indonesia, Selasa (3/5), mengunjungi kantor Si Woles. Dari luar, rumah tersebut tak berbeda dengan rumah-rumah pada umumnya, hanya tampak lebih banyak sepeda yang terparkir di halaman rumah tersebut. Berbagai jenis sepeda yang terparkir di sana, dari MTB, city bike, hingga folding bike.
"Hari ini ada empat yang keluar dipinjam. Besok long weekend bisa semuanya keluar dipinjam," terang Inu. Inu bercerita usaha persewaan sepeda tersebut diawali pada sekitar 2012. Saat itu, ia merasa prihatin dengan kondisi transportasi umum di Yogyakarta. Di Yogyakarta sulit bepergian jika tidak memiliki kendaraan pribadi. Dari keprihatinan tersebut, tercetus ide untuk membuka persewaan sepeda.
Berawal dari blog
Awalnya, sepeda yang digunakan adalah milik pribadi. Setelah memiliki tambahan sepeda, mereka pun mulai membuat blog persewaan sepeda. Walau cuma blog, ada saja yang menemukan alamat tersebut, menghubunginya dan datang untuk menyewa sepeda. Dari situ kemudian Si Woles mulai dikenal luas.
Saat awal-awal dulu, kata dia, banyak pengalaman yang mengejutkan. Pernah ada sekelompok laki-laki yang tiba-tiba menghubungi kami pukul 22.00 untuk menyewa sepeda dan akan dikembalikan pada pukul 03.00. Ia pun mengiyakan, tetapi dengan syarat menyerahkan uang jaminan 200 ribu. Namun, lanjut dia, si penyewa tidak membawa uang sebanyak itu dan menawarkan untuk meninggalkan sepeda motor miliknya. "Saat itu kami terima jaminan itu, tetapi sekarang tidak lagi karena khawatir sepeda motor yang buat jaminan sepeda motor curian," kata lulusan arkeologi UGM tersebut. Beruntung para peminjam tersebut menepati janji dan mengembalikan sepeda tersebut tepat pada waktunya.
Dari pengalaman-pengalaman yang tidak terduga tersebut, Inu dan Mel pun mulai belajar dalam mengelola bisnis mereka. Kini mereka punya syarat-syarat khusus bagi penyewa sepedanya, yaitu uang jaminan 200 ribu, menyerahkan identitas diri, dan difoto saat meminjam sepeda tersebut. Selain itu, Inu dan Mel telah memiliki laman khusus di internet, yaitu di http://www.siwoles.com/. Sekarang, lanjut dia, setiap akhir pekan sewa sepedanya ramai. "Kalau ada fun bike, sudah pasti semuanya keluar," terang dia yang memiliki 15 sepeda, 1 sepeda sedang dalam perbaikan.
Paket tur
Usaha yang digeluti Inu dan Mel tidak hanya persewaan sepeda, tetapi juga paket tur. Sejak akhir 2013, mereka berdua juga melayani paket tur. Harga paket tur mulai Rp100 ribu hingga Rp750 ribu, tergantung lokasi tur dan jaraknya.
Ia mengatakan tur yang mereka pilih merupakan tempat-tempat bersejarah, seperti poros imajiner, lintas Kotagede, candi-candi wangsa Syailendra, dan lain-lain. Menurut dia, sesuai namanya, Si Woles yang berasal dari bahasa walikan yang maksudnya selow atau santai, tur mereka tidak sekadar mencapai lokasilokasi yang dituju.
Menurut dia, saat mengayuh sepeda, mereka menyesuaikan dengan kekuatan fisik si wisatawan. Yang terpenting, lanjut dia, interaksi yang terjalin bisa dekat dan akrab serta mereka bisa menangkap semua yang disampaikan. Misalnya, ketika mengunjungi poros imajiner, ketika mereka tertarik dengan Pasar Beringharjo, tur pun juga akan singgah dan memasuki hiruk-pikuk Pasar Beringharjo. Contoh lainnya, ketika peserta tur ada yang anak-anak, mereka pun akan membawa mereka menuju Taman Budaya untuk melihat museum Anak Kolong Tangga. Menurut dia, dengan bersepeda santai, wisatawan akan lebih bisa menikmati indahnya kelokalan Yogyakarta yang terlewat ketika menggunakan kendaraan bermotor.
"Dengan sepeda, kita bisa berhenti kapan saja ketika melihat sesuatu yang menarik," kata dia. Menurut dia, dengan paket tur yang ditawarkan, cukup banyak wisatawan dalam negeri dan luar negeri yang tertarik. Setiap bulan selalu ada wisatawan asing yang membayar jasanya untuk tur wisata dengan sepeda, mulai Malaysia, Vietnam, Australia, Inggris, Selandia Baru, hingga Amerika Serikat. Paket tur itu makin berkembang setelah mereka mengembangkan Jaladwara, wisata dengan muatan arkeologis. Mereka mengemas tur bertitel Harta Karun di Malioboro, Bermain di Candi Prambanan, Sewu dan Ratu Boko hingga Melacak Jejak Napoleon di Nusakambangan.
Unsur edukasi
Usaha yang dijalankan Inu dan Mel ternyata tidak sepenuhnya mencari laba, tetapi ada nilai-nilai edukasi yang mereka terapkan. Menurut Mel, usahanya berbeda dengan usaha persewaan sepeda yang lain karena didasari pada kritik atas transportasi umum yang ada.
Prinsip itu tetap mereka pegang dan terus diterapkan hingga sekarang. Pertama, sewa sepeda mereka tidak boleh lebih mahal dari sewa motor. Sekarang, kata dia, sewa sepeda di tempatnya hanya Rp30 ribu untuk umum dan Rp25 ribu untuk pelajar per 24 jam. Di tempat lain, sewa sepeda bisa mencapai Rp80 ribu per hari. Padahal, sewa sepeda motor hanya sekitar Rp50 ribu per hari. "Jika sewanya seminggu, harganya akan lebih murah," lanjut Mel. Misalnya, jika sewa seminggu normalnya membayar Rp210 ribu, mereka cukup membayar Rp170 ribu untuk umum dan Rp140 ribu untuk pelajar.
Diskon tersebut diberikan sesuai dengan prinsip, jika sepeda tersebut dimanfaatkan utuk transportasi sehari-hari akan lebih murah jika dibandingkan dengan dimanfaatkan untuk wisata sehari. Kedua, mereka selalu mengampanyekan bersepeda yang aman. Arti nya, mereka maksimal mau memandu kelompok wisatawan tidak lebih dari lima orang. Dengan hanya lima orang, jalanan tidak akan penuh karena sepeda dan wisatawan juga bisa bersepeda dengan aman dan nyaman. Selain itu, dengan hanya lima orang, Inu dan Mel bisa lebih dekat ketika berinteraksi dengan wisatawan. Ketiga, mereka juga menerapkan go green. Ketika mereka tur dengan wisatawan dengan sepeda, bekal yang mereka bawa tidak dimasukkan ke plastik, tetapi dimasukkan kotakkotak makanan.
"Kami sadar salah satu dampak buruk dari wisata adalah sampah. Karena itu, kami meminimalkan sampah," kata dia. Keempat, mereka selalu memperkenalkan sejarah dan lokalitas yang ada, baik bangunan maupun kuliner. Bekal makanan yang dibawa pun merupakan makanan dan buah lokal, misalnya kelapa muda atau kue-kue lokal yang ada. "Usaha kami tidak banyak menguntungkan, tetapi lebih banyak sosial," kata dia.
Diharapkan, wisatawan tidak hanya menikmati kegiatan wisata, tetapi juga mendapatkan banyak edukasi, baik tentang bersepeda, sejarah-sejarah objek wisata, pentingnya go green, maupun pengetahuan tentang berbagai kekayaan lokal Yogyakarta yang ada." (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved