Dolar Bergerincing dari Limbah Beling

30/4/2016 11:57
Dolar Bergerincing dari Limbah Beling
(putriayubali.co.id)

BAGI sebagian orang, kaca yang sudah pecah hanya akan dibuang sebagai sampah atau teronggok begitu saja di sudut rumah. Namun, bagi Ayu Anggraini, limbah beling yang telah diolah menjadi beragam suvenir dan kerajinan itu menjadi sumber penghidupan yang menghasilkan ratusan juta rupiah per bulannya.

Sudah 21 tahun rumah produksi Ayu di Gianyar, Bali, menghasilkan beragam produk olahan yang mampu menembus pasar ekspor ke Jepang, Tiongkok, Eropa, dan Amerika Serikat (AS).

"Tiap bulan ada pesanan satu kontainer, nilainya US$30 ribu (Rp400 juta). Jadi, tiap tahun rata-rata US$360 ribu (Rp4,8 miliar), 60% ke AS," terang Ayu saat ditemui di Gerai Rumah Indonesia dalam Hong Kong Convention and Exhibition Centre (HKCEC), Rabu (27/4).

Setiap April Ayu rutin mengikuti pameran di seluruh Asia. Sebelum Hong Kong, produk yang dipasarkan di bawah bendera PT Putri Ayu Bali Indonesia itu juga dipamerkan di Jakarta, Taiwan, Vietnam, dan Filipina. Karena sudah terhitung pemain lama, konsumennya tidak membeli di tempat, tetapi memesan dalam jumlah besar untuk dipasarkan di negara mereka.

Untuk memenuhi permintaan masif tersebut, Ayu mengaryakan 30 perajin kaca dan lebih dari 100 pemahat di Gianyar.

"Biasanya pembeli datang, lihat material dan proses produksi, baru memesan," tuturnya.

Mereka umumnya tertarik lantaran produknya merupakan daur ulang.

Sebuah stoples berbentuk akar kayu jati nan cantik itu menjadi salah satu perhatian pengunjung pameran di Hong Kong. Stoples unik yang dibuat dengan teknik blowing glass itu merupakan produk daur ulang dari kaca toko dan rumah tangga yang sudah rusak. Kaca itu dikombinasikan dengan akar pohon jati yang tidak terpakai.

Bukan hanya itu, ia juga memproduksi hiasan dinding dari bulu ayam atau kerang-kerang yang dilunakkan. Beberapa produk dimodifikasi sesuai permintaan konsumen.

"Semuanya berorientasi ekspor, tidak ada yang dipasarkan di Indonesia," tambahnya.

Ide bisnis rumahan yang ia kerjakan didasari pada keinginannya memberdayakan ekspor nasional. Sebelumnya berbisnis, Ayu bekerja sebagai staf perusahaan logistik di California, AS, yang mengurus ekspor-impor AS dengan negara-negara Asia.

"Saya berhenti karena ingin mengembangkan bisnis ini di Bali," terangnya.

Menurutnya, berbisnis lebih menyenangkan lantaran ia bisa memberi pekerjaan pada banyak orang di lingkungannya. Meski banyak tantangan yang ia hadapi, Ayu yakin setiap produk punya pasarnya sendiri.

"Saat ini pendukungan pemerintah terhadap UKM (usaha kecil menengah) berorientasi ekspor seperti saya ini sudah amat baik," tandasnya. (Fathia Nurul Haq/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya