Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
INDONESIA harus berbangga memiliki PT Ambico yang memproduksi shirataki dan konnyaku. Sebabnya, shirataki berkualitas yang beredar di dunia adalah buatan Indonesia. Bahkan untuk tepung glukomanan yang terbaik di pasar ekspor berasal dari perusahaan asal Jawa Timur ini.
Menurut generasi ketiga pemilik pabrik porang pertama di Indonesia itu, Johan Soedjatmiko Ishii, pada 1983, pihaknya ingin mengekspor bahan baku ke Jepang. Namun, terbentur peraturan. Akhirnya, Ambico pun memutuskan untuk berinovasi mengubah bahan baku menjadi produk untuk diekspor.
"Kami pertama ekspor mi shirataki kering ke Jepang pada 1991. Lalu pada 1995 kami ekspor lagi yang bentuk beras," ujarnya.
Sejak itu, lanjut Johan, ekspor produk Ambico terus meningkat ke Jepang, bahkan ke negara lain, diantaranya ke Eropa melalui Prancis, dan Korea.
Selain peningkatan di ekspor, permintaan di pasar lokal juga meningkat setiap tahunnya sejak Ambico memperkenalkan shirataki dan konnyaku ke masyarakat Indonesia pada 2015.
"Bahkan saat ini produk untuk ekspor dan dalam negeri nyaris sama," ujar Johan.
Alumnus dari Waseda University Tokyo, Jepang dan Peking University itu memberi contoh, pada 2014 Ambico ekspor sebanyak 580 ton, sementara di pasar lokal baru sekitar 84 ton.
Tahun-tahun berikutnya permintaan ekspor maupun lokal terus meningkat. Pada 2018, misalnya, ekspor mencapai 700 ton dan di pasar dalam negeri 120 ton. Dan pada 2020 pasar lokal meningkat menjadi 480 ton, sementara untuk ekspor 620 ton. Sementara sampai Juni 2021 ekspor Ambico mencapai 420 ton dan pasar lokal 320 ton.
Johan mengatakan, meskipun ketersedian porang di dalam negeri cukup untuk dijadikan bahan baku, namun pasaran di Indonesia sementara ini memerlukan bahan baku impor dari Tiongkok. Sebab, Tiongkok masih menjadi market leader di dunia.
"Untuk itu, Ambico bersama partner-partner di Indonesia berusaha mengembangkan produk yang bisa bersaing dengan bahan impor. Ini agar bisa memperkenalkan porang Indonesia ke pasaran international," jelasnya.
Ambico juga membuka lebar peluang kerja sama dengan pemerintah. Terutama dalam hal ilmu dan koneksi untuk meningkatan nama porang Indonesia di dunia, serta pola hidup sehat di masyarakat.
"Sebenarnya market terbesar dalam dunia Konjak atau porang ini bukan di produk akhir yang berbentuk beras atau mi shirataki, tapi lebih ke bahan baku tepung konjak High grade yang bisa di pakai di berbagi media baik makanan kesehatan dan di dunia market hydrocolloid," tambah Johan lagi.
Namun, diakui Johan, pada Mei 2021, pihaknya mendapat laporan tidak sedap lantaran chips atau keripik porang dari Indonesia dilarang masuk ke Tiongkok. Hal itu sangat disayangkan hanya karena ulah satu atau dua oknum nakal, Indonesia di band tidak boleh ekspor. Padahal, sebagian besar pengusaha porang Indonesia disiplin dan berusaha membuat produk yang baik.
"Ini yang mesti diwaspadai. Kita berupaya dan disiplin memproduksi porang berkualitas baik," imbuhnya.
Untuk target berikutnya, Ambico menyatakan akan membangun pabrik guna memproduksi tepung porang di Indonesia. Saat ini, kata Johan, Ambico baru bisa masuk di level produk makanan. Sementara, tepung untuk farmasi masih perlu dikembangkan lagi.
"Tahun depan, kami berencana membuat pabrik hanya untuk bahan baku tepung porang berkualitas. Harapan ambico ingin Indonesia menjadi market leader di dunia, karena potensi alam dan kualitas porangnya sangat baik," jelas Johan.
Terkait masa pandemi covid-19, menurutnya, Ambico masih stabil berproduksi, artinya tidak mengalami gangguan berarti dalam menyuplai bahan baku. (Ins/X-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved