Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
BERDASARKAN data statistik dari UNIDO (United Nations Industrial Development Organization) pada 2015, Indonesia menduduki peringkat bontot dalam sepuluh besar negara-negara industri dunia yang dirajai oleh Tiongkok. Hal itu dilihat dari pertumbuhan teknologi, intensitas, dan daya saing yang mendorong total volume produksi industri manufaktur lebih baik ketimbang negara-negara lain.
"Kami melihat dari produksi jasa dan barang industri manufaktur memiliki nilai tambah sampai 150% dari normalnya 60%-70% dari biaya produksi," ungkap Chief Statistician UNIDO, Shyam Upadhyaya dalam diskusi di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Kamis (21/4).
Dengan kondisi itu Indonesia mampu naik dua peringkat dari tahun sebelumnya menggeser Rusia dan Meksiko di tempat ke 10 dan 11 serta mengalahkan posisi Inggris dan Canada saat ini.
Shyam juga mengungkapkan penurunan kinerja industri manufaktur negara-negara maju dipengaruhi oleh krisis keuangan global. Selain itu, negara maju atau kaya sudah tidak mengganggap kontribusi industri manterakhir. sepenting sebelumnya.
"Secara fisik, negara maju maunya bangun pabrik di negara berkembang karena upah murah dan pasar besar. Lalu karena dia kaya jadi gunakan banyak jasa sehingga peran industri manufaktur secara statistik naik seperti Swiss, Amerika Serikat, dan Australia tapi kontribusi ke PDB turun," jelas Shyam.
Kontribusi industri manufaktur mencapai 2/3 dari perdagangan dunia diperoleh dari kenaikan kontribusi negara-negara Asia yang naik tajam sedangkan Amerika dan Eropa terlihat mengalami penurunan.
Myanmar, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Indonesia memiliki industri manufaktur yang mampu bertumbuh dalam 15 tahun terakhir. Khusus Indonesia, kontribusi industri manufaktur yang mencapai 1/4 dari PDB akan terus berkembang pesat terutama dari sektor industri makanan dan minuman.
Meskipun saat ini industri pakaian jadi, karet, dan tekstil menurun, ke depan industri manufaktur Indonesia akan ditopang oleh industri yang berteknologi tinggi.
"Produksi lebih banyak dari industri mesin, elektronik atau sektor berteknologi tinggi," lanjutnya.
Jika itu terwujud ditambah dengan inflasi tetap konsisten dalam tren penurunan maka pertumbuhan industri manufaktur Indonesia akan semakin meningkat. Apalagi kebijakan pemerintah yang lebih konsisten mampu memayungi itu semua.
"Angka kemiskinan akan semakin berkurang dari yang sekarang di kisaran 10%. Negara ini bisa bergantung pada pasar domestik enggak usah ekspor dengan potensi pasar yang besar sekali dari 250 juta penduduk," tutur Shyam.
Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri Kementerian Perindustrian, Dyah Winarni Poedjiwati mengungkapkan kontribusi industri manufaktur nonmigas ke PDB mencapai 18,18% pada 2015 senilai Rp2.098 triliun, lebih besar ketimbang 2014 yang mencapai 17,89%.
Kontribusi terbesar datang dari industri barang logam, komputer, elektronik sebesar 7,83%, industri makanan dan minuman 7,54%, dan industri mesin dan perlengkapan 7,49%. Ekspor produk manufaktur mencapai US$106,63 miliar atau kontribusi 71% dari total ekspor US$150,25 miliar sedangkan impor mencapai US$108,95 miliar.
"Kita masih defisit US$2,31 miliar itu berarti industri harus bergerak cepat supaya bisa produksi lebih banyak," lanjut Dyah.
Investasi sendiri naik 50,8% pada 2015 yakni sejumlah Rp89,04 triliun dengan dominasi dari investor dalam negeri.
Dyah meyakini investasi asing yang menurun pada 2015 sebesar 9,65% atau menjadu US$11,76 miliar dari tahun sebelumnya US$13,01 miliar karena dipengaruhi gejolak ekonomi global. Target ke depan pertumbuhan industri akan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2019.
Lebih jauh lagi Kementerian Perindustrian menargetkan pada 2035 kontribusi industri manufaktur nonmigas sampai 35%. "Peringkat yang didapat Indonesia saat ini kita lihat sebagai buah kebijakan yang konsisten dari pemerintah," tandasnya. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved