Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
NERACA perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Mei 2021. Capaian itu membuat Indonesia konsisten mempertahankan kinerja perdagangan selama 13 bulan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers, Selasa (15/6), mengatakan, capaian surplus itu perlu diapresiasi. Namun dia mengingatkan pandemi covid-19 masih membayangi dan perlu diwaspadai.
"Surplus Mei merupakan yang tertinggi di 2021. Harapannya neraca dagang kita terus mengalami surplus dengan tren lebih tinggi lagi," imbuhnya. "Tapi kita tetap harus waspada. Masih ada risiko besar membayangi ekonomi Indonesia dan dunia masiha ada penademi," sambung Suhariyanto.
Surplus neraca dagang pada Mei 2021 terjadi ketika ekspor nasional tercatat US$16,60 miliar atau turun 10,25% secara bulanan (month to month/mtm) dari nilai sebelumnya sebesar US$18,49 miliar. Sedangkan nilai impor pada Mei 2021 tercatat US$14,23 miliar atau turun 12,16% (mtm) dari nilai sebelumnya sebesar US$16,20 miliar.
Suhariyanto memerinci nilai ekspor sektor migas pada Mei 2021 tercatat US$0,94 miliar, turun 2,68% dari bulan sebelumnya. Lalu nilai ekspor sektor pertanian tercatat US$0,24 miliar, turun 30,06% (mtm).
Kemudian nilai ekspor sektor industri pengolahan tercatat US$12,83 miliar, turun 14,02% (mtm). Sektor pertambangan dan lainnya menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor, yakni US$2,59 miliar, atau tumbuh 14,29% (mtm).
Dari sisi impor, tiga sektor mengalami penurunan pertumbuhan. Impor konsumsi misalnya, tercatat US$1,40 miliar, turun 13,77% (mtm); bahan baku/penolong tercatat US$10,94 miliar, turun 11,60% (mtm); dan barang modal tercatat US$1,89 miliar, turun 14,09% (mtm).
Kendati demikian, Suhariyanto yang karib disapa Kecuk itu mengatakan, capaian kinerja dagang Indonesia jauh lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja 2020 (year on year/yoy). Pada Mei 2020, kinerja ekspor Indonesia tercatat US$10,45 miliar. Itu artinya bila dibandingkan dengan posisi Mei 2021, ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan hingga 58,76%.
Sama halnya dengan impor yang tercatat mengalami pertumbuhan 68,68%, dari US$8,43 miliar pada Mei 2020 menjadi US$14,23 miliar. Begitu pula bila dihitung secara kumulatif (Januari-Mei), pada 2021 tercatat Indonesia mengalami surplus neraca dagang sebesar US$10,17 miliar.
"Kumulatif Januari-Mei 2021 neraca perdagangan barang surplus US$10,17 miliar. Kalau dibanding surplus periode sama tahun-tahun sebelumnya, yang dicapai Januari-Mei 2021 ini bagus sekali karena surplusnya jauh lebih besar," kata Kecuk. (OL-14)
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia pada Juni 2024 mencapai 1,17 juta kunjungan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang angkutan udara domestik yang berangkat pada Juni 2024 sebanyak 5,4 juta orang. Angka tersebut naik 2,8% dibandingkan bulan sebelumnya.
Pada Juli 2024, perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Umum Nasional secara tahun ke tahun atau year on year (yoy) mencapai 2,99% terhadap IHPB Juli 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Produsen (IHP) umum sembilan sektor pada triwulan kedua 2024 naik 0,64% dari triwulan pertama. Secara tahunan, posisi saat ini juga naik 0,01%.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa terjadi deflasi sebesar 0,18% pada Juli 2024 secara month to month (mtm). Deflasi pada Juli merupakan yang terdalam dibandingkan Juni 2024.
NELSON Mandela, seorang revolusioner anti-apartheid di Afrika Selatan, pernah mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kembali membanggakan neraca perdagangan nasional yang terus menunjukkan tren positif. Surplus selama 48 bulan menurutnya patut diapresiasi.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (16/5) ditutup menguat dipengaruhi oleh penurunan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) April 2024.
Surplus akan sehat jika faktor pendorongnya dari peningkatan ekspor. Sekarang, ekspor kita justru turun dan bisa surplus karena impor turun lebih tajam.
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama 48 bulan atau 4 tahun beruntun sejak Mei 2020.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kondisi yang baik karena terus menerus di kisaran 5% dalam beberapa tahun terakhir.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (15/5) dibuka menguat menjelang rilis data neraca perdagangan domestik April 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved